Prolog

12K 299 7
                                    

Di dalam sebuah ruangan berbentuk lingkaran, rak-rak berdiri dengan gagahnya menutupi dinding. Buku-buku berjajar rapih sesuai abjadnya. Di tengah-tengah ruangan itu, ada sebuah meja kayu kuno berpelitur, beserta kursinya. Seorang laki-laki muda yang tampan dengan memakai kaus mentri romawi yang panjangnya mencapai pertengahan betis itu duduk di sana dan membaca sebuah buku yang berjudul Mantra hitam. Buku itu berisi tentang berbagai macam sihir-sihir terlarang. Seharusnya, buku itu tersembunyi di tempat yang aman. Tapi ini karena jabatan laki-laki itu, seorang ketua penyihir.

Laki-laki itu berkata dengan nada rendah, "Alika, aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja. Aku tidak rela," katanya sambil memegang sebuah foto wanita cantik yang berumur sekitar tujuh belas tahun. Rambutnya dikepang ala fishtail dan mengenakan kaus polos berwarna putih dan celana jeans. "Aku akan selalu dan selalu mencarimu hingga kau berada dipelukanku lagi."

Lalu dia mulai menghampiri ke sebuah roda berjalan dan menaikinya untuk mengambil sebuah buku khusus dari rak teratas. Buku itu tebal, sangat tebal. Tapi buku itu kosong. Halaman buku itu berwarna kuning keemasan, yang menandakan bahwa buku itu sudah berumur ratusan tahun.

Laki-laki itu membuka halaman pertama dari buku itu dan menaruhnya di meja. Lalu dia berdiri menghadap meja dan membaca buku yang berjudul Mantra Hitam, tentang sihir menghilang dalam kegelapan. Dia hendak berkata, tapi terpotong karena seseorang membuka pintu perpustakaannya.

Seorang wanita berambut merah dengan gaun hitam yang panjangnya menyentuh lantai masuk lalu berkata, "Apa yang kau lakukan Isaac?" Wajahnya terlihat khawatir sekarang. "Isaac, apa yang kau lakukan dengan buku Mantra Hitam itu?" tanyanya lagi.

Lelaki bernama Isaac tidak menjawab. Dia terus menatap kedalam buku mantra hitam itu lalu berkata dengan tegas, "Namaku Isaac Hupplepuf. Aku mengorbankan diriku demi seorang wanita bernama Alika Hazelbrown."

"Isaac, kau tidak perlu melakukan itu," teriak wanita itu.

Dengan konsentrasi yang serius, dia melanjutkan kata-katanya. "Starklight!"

Isaac merentangkan tangannya seakan-akan dia akan terbang. Aku harap begitu, tetapi dia bukan terbang. Asap putih mengelilingi Isaac. Buku tua yang diambilnya bersinar, dan saat asap mulai menghilang, Isaac pun menghilang dan buku tua itu tertutup.

The First ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang