Masa Orientasi Penyihir [1]

2.7K 149 3
                                    

Suasana di ruangan itu cukup ramai. Mungkin sekitar tiga puluh orang berada dalam ruangan itu untuk menunggu pintu penghubung dibuka. Masing-masing penyihir baru tentunya didampingi dengan pendamping mereka. Bisa sahabat, ataupun masih dalam hubungan keluarga dekat. Atau bisa juga mereka tidak sengaja bertemu di suatu tempat. Karena mereka hanya boleh masuk ke pondok kalau mereka mempunyai penyihir yang mendampingi mereka. Para Deandle yang membuat peraturan tersebut. Sebab mereka takut, ada penyihir asing yang mempunyai niat jahat.

"Siapa sih orang penting itu?" tanya Samuel dengan wajah kesal sambil melihat sekeliling. "Sepenting itukah orang itu? Sampai-sampai kita harus menunggu dia datang lalu membuntutinya?"

"Samuel, berbicaralah pelan-pelan. Sepertinya, ada salah satu Deandle yang sedang menatap kita di sebrang sana," kata Anna yang sedang mengintip seorang laki-laki yang sedang bersandar dekat pintu melalui bahu Samuel.

"Anna, dia bukan Deandle," kata Robert setelah menengok laki-laki yang dimaksud Anna. "Dia David. David Christoff. Laki-laki 'terasyik' yang pernah kukenal," sambungnya dengan penekanan dikata asyiknya itu.

"Aku kira, kau akan berkelahi dengan orang dewasa juga," kata Samuel menatap Robert bersamaan dengan tawa kecilnya. "Sepertinya dia seumuran denganku ya?" tanya Samuel sambil memperhatikan laki-laki yang sedang membalas tatapan tajam seruncing pasak ke arah Robert. Dengan baju oblong hitam serta celana pensil selututnya, dia tidak memakai alas kaki. Rambutnya dicepak dan berwarna coklat. Kilauan matanya berwarna merah api dan terkesan aneh. Lalu seorang wanita menghampirinya. Wanita berambut coklat yang gelap dengan memakai kemeja kotak-kotak berwarna hitam-merah. Celana yang tampak seperti jeans bergaya robek-robek sesuai modelnya. Lalu mereka berkomunikasi. Seketika itu juga, Samuel yang masih memperhatikan laki-laki itu melihat perbedaan pada warna kornea matanya. Warnanya berubah menjadi coklat yang bersinar dan sangat cerah. Dan tatapan yang tadi runcing, kini sudah tumpul hanya dengan wanita itu. Siapa wanita itu? pikir Samuel.

"Itu Sandra," jawab sebuah suara di gendang telinganya, Robert. Lalu Samuel melirik Robert yang sedang menatapnya tanpa menggerakkan rahangnya. "Pacarnya David. Oh ya, aku harus memberitahumu satu hal. David adalah Zeptic sepertiku. Jangan sekali-kali kau menatap matanya yang, ya mungkin kau sudah lihat perubahan warna matanya. Karena itu akan membuat kontak seperti yang ku lakukan saat ini. Aku dengar, dia sudah mahir menggunakan mantra untuk menghipnotis seseorang. Jadi sekali lagi hati-hati ya. Kalau bisa, alihkan perhatian Anna agar tidak menatap David."

Samuel pun melihat Anna yang malah bingung memperhatikan mereka berdua. "Apa yang kalian lakukan sih?" tanya Anna sambil menatap Robert dan Samuel bergantian. "Aku jijik melihat kalian saling tatap-menatap seperti itu. Kan ada wanita di sini, kenapa harus sesama..." kata Anna yang sengaja digantung sambil menatap jijik ke arah Samuel tepatnya.

"Kau salah paham, cantik," kata Robert sambil tersenyum. "Apa aku lupa memberitahumu sesuatu yang khusus tentang Zeptic?" tanya Robert pada Anna. Dan Anna menggeleng. "Kita berkomunikasi dengan cara saling tatap-menatap. Seperti ini," kata Robert yang berbicara pada Anna tanpa mengeluarkan hembusan napas dari mulutnya. Tapi dia mendengar suara Robert di telinganya. Dan dia pun menenangkan dirinya sendiri kalau itu benar-benar Robert. Mungkin dia juga akan seperti itu.

"Ya, kau benar. Jadi," kata Anna sambil memegang pinggangnya. "Apa yang kalian bicarakan lewat..." kata Anna sambil menggerakkan kedua jari telunjuknya dengan gerakan memutar di kanan dan kiri telinganya.

"Jangan tatap David ya," jawab Robert yang masih bertelepati dengan Anna. "Dan tolong jangan bertanya kenapa, oke?" tanya Robert memastikan.

"Kenapa?" tanya Anna menggoda.

Robert menjawab Anna dengan senyuman paling manis yang ia punya. Dan, jantung Anna berhenti seketika itu juga.

"Hei, hei, itu siapa?" tanya Samuel yang sedari tadi memperhatikan keadaan di ruangan tersebut.

The First ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang