"Apa maksudmu?" tanya Robert heran dengan kata-kata yang di keluarkan oleh mulut Samuel. Tapi terlambat. Samuel sudah pingsan. Wajahnya sangat pucat dan tubuhnya penuh dengan keringat. Pasti panas berada di lemari ini walau hanya lima menit.
Robert langsung mengeluarkan Samuel dari lemari itu. Dia menopang Samuel walau tubuh Samuel cukup berat dengan umurnya yang masih muda. Robert membawa Samuel ke atas kasur terdekat. Dia mulai membuka tali tambang yang berwarna putih kusam di pergelangan tangan dan kaki Samuel. Dan tentang luka di lengannya. Robert menyentuhnya dan darahnya terasa masih basah dan sedikit kental. Sepertinya Samuel kehilangan banyak darah.
Robert beranjak dari kasur dan pergi mengambil kotak obat di ruangan David. Dia berlari secepat mungkin. Karena dia juga tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Pantas saja Robert merasa aneh saat melihat Alexa bergandeng tangan dengan Anna. Seharusnya ada Samuel di sana dan faktanya, Samuel tidak ada.
Robert sampai di ruangan itu. Dia benar-benar mengacak ruangan itu sampai berantakan. Dia lupa dimana David pernah memberitahunya tentang kotak obat. Dia panik. Siapa yang tega-teganya melakukan tindakan sekejam ini.
"Alexa..." Suara Samuel mendengung di kepalanya. "Dia, Is...Is... aac."
Ini benar-benar tidak masuk akal. Aku mengerti maksudnya, pikir Robert. Alexa, dia Isaac. Tapi ini benar-benar tidak masuk akal. Isaac itu laki-laki sedangkan Alexa... Itu tidak mugkin. Apa Alexa, sudah mati?
Tidak-tidak. Berpikirlah positif Robert, pikir Robert. Yang harus dia fokuskan sekarang adalah mencari kotak obat dan mengobati Samuel. Lalu minta penjelasan Samuel tentang perkataannya dan mengapa dia bisa di sekap di lemari.
****
"Sekarang masih sangat pagi bukan untuk melakukan suatu pertemuan?" tanya Anna yang masih memandang pandangan di depan matanya tanpa menoleh ke Alexa. "Sekarang kita kemana?" lanjutnya.
"Ya, kita ke rumahku saja," kata Alexa yang juga memandang apa yang Anna pandang. "Kita akan bertemu dengan keluargaku di sana," lanjut Alexa yang mulai berjalan mendahului Anna.
Anna mengikutinya. Keluarga. Apa dia juga punya keluarga di sini? Entahlah. Yang pasti, ibu dan ayahnya tidak ada di sini. Kerabat lainnya? Anna tidak berpikir sejauh itu. Seorang penyihr di takdirkan mempunyai satu anak. Dan semua yang berada di sini adalah cucu-cucu dari penyihir yang paling tua. Berarti, saat penyihir pertama lahir, dia harus menikah dengan manusia bukan? pikir Anna. Atau mungkin, mereka juga kembar seperti Alexa dan Sandra? Kembar perempuan dan laki-laki. Lalu mereka menikah? Ya ampun! Itu pasti tidak mungkin, pikir Anna.
Anna tidak tahu. Dia ingin bertanya pada Alexa. Tapi tampaknya, suasana hatinya sedang tidak baik. Anna memperhatikan Alexa yang selalu menunduk. Kadang, dia melihat ke depan dan menunduk lagi. Apa itu karena Robert tidak ikut?
Tanpa sadar Anna mengangkat bahunya. Dia benar-benar tidak tahu apa-apa. Dia memang anak baru di sini. Masih butuh pengenalan dan beradaptasi dengan lingkungannya.
"Anna?" panggil Alexa tanpa menengok ke belakang. Anna mendongak dan mendapatkan Alexa sedang menatap langit-langit biru dengan pernak perniknya. "Kau... pernah bertemu ibumu?"
"Iya," jawab Anna. Bibirnya sedikit miring karena tersenyum. "Ada apa?"
"Pasti dia cantik," kata Alexa tanpa menjawab pertanyaan Anna. Anna mengangguk pelan. "Kalau ayahmu, kau pernah bertemu dengannya?" tanya Alexa yang kini berhenti dan berbalik menatap Anna.
Anna mengangguk. "Di aula, di peti mati. Ada kau, kan?" tanya Anna memastikan.
Alexa mengangguk. "Tapi sungguh, itu hanya proyeksi. Dan tiba-tiba saja, Samuel mengubahnya menjadi manusia, sungguhan," kata Alexa yang mulai berbalik dan meneruskan jalannya sambil menatap rerumputan yang ia injak. "Kau tahu, sebenarnya aku curiga kalau dia adalah Laten. Tidak mungkin seorang De'liv bisa membuat proyeksi menjadi nyata, kan?" lanjut Alexa bertanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/23362892-288-k252453.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Chance
AdventureAnnabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak tahu mengapa dia menjadi yang terpilih. Tapi entah kenapa, Anna sangat tergila-gila pada kisah yang su...