Anna dan Samuel terdiam di salah satu sudut tembok kamar. Mereka berdua bernafas dengan sangat pelan. Sedangkan iblis yang berada di pintu itu mulai masuk satu per satu ke dalam kamar. Salah satu iblis menjerit saat menemukan Anna yang sedang merapatkan dirinya bersama Samuel di tembok. Samuel menarik Anna semakin ke dalam kamar ini. Anna tidak bisa melihat apa pun walau dengan pintu yang terbuka di depan sana. Samuel menyuruh Anna untuk menunduk. Dan Anna menurutinya. Anna menunduk. Tapi kini Samuel menyuruh Anna untuk membungkuk. Dan Anna tetap mengikutinya.
Anna membungkukkan badannya. Lalu tiba-tiba seseorang mendorongnya ke depan dan tahu-tahu Anna terjatuh ke dalam suatu lubang dan merosot ke dalamnya. Anna dapat merasakan kalau lubang ini lurus mengarah ke bawah dan tentulah Anna tidak tahu kemana lubang ini akan mengantarnya.
Akhirnya Anna keluar dari lubang itu dengan tersungkur ke lantai batu. Dan entah kenapa kakinya yang terkilir tidak merasakan sakit. Tapi justru meninggalkan bekas memar berwarna biru gelap. Anna pun juga memeriksa pergelangan tangannya yang terluka oleh iblis. Dan yang Anna lihat hanyalah kulitnya yang seperti biasa, namun berwarna merah dengan bekas tusukan yang mengering. Tapi Anna tidak merasakan sakit.
Anna kembali tersungkur ke depannya. Seseorang menindihnya sambil merintih kesakitan. Anna mendorong orang itu dan bangkit. Samuel yang tadi menibannya pun mulai bangkit setelah menindih Anna dengan badannya yang setengah kali lebih besar dari Anna.
Saat Anna melihat wujud Samuel dengan jiwa (yang Anna rasa) milik Samuel, Anna langsung berlari ke pelukan Samuel. Anna tidak peduli apa pun lagi. Tidak ada canggung. Tidak ada penghalang. Anna benar-benar lega. "Kau Samuel kan? Iya kan? Sam?" tanya Anna berturut-turut di dalam pelukannya.
"Iya, ini aku," jawab Samuel dalam pelukannya.
"Aku minta maaf, Sam. Aku salah. Aku ketakutan. Apa kau tidak apa-apa?" tanya Anna yang mulai melepas pelukannya.
"Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu disalahkan di sini, Anna. Kau tidak salah."
"Terserah kau saja. Tapi aku minta maaf," ucap Anna tetap keras kepala.
"Untuk apa? Beritahu aku."
"Karena aku telah membiarkan ayahku menyakitimu, lagi dan lagi," jawab Anna.
"Sudah, sekarang itu tidak perlu dibahas. Tapi kita harus membahasnya setelah semua ini selesai. Pertanyaannya adalah, dimana kita sekarang?"
"Ya, pertanyaan yang bagus, dimana kita?" Ulang Anna yang mulai memperhatikan kelilingnya. Samuel pun ikut memperhatikan kelilingnya. Samuel tidak tahu tempat apa ini. Tapi yang jelas seseorang telah membuatnya dengan sebuah alasan. Tempat ini berukuran besar. Dengan batu-batu besar dimana-mana. Semua berhubungan dengan batu. Lantainya batu, dindingnya batu, bahkan sampai atap dimana mereka berdiri adalah batu. Tempat ini terlihat sudah lama dibangun. Dan yang membangun tempat ini pun pasti memiliki tujuan. Kenapa tempat ini dibangun kalau sudah ada tempat persembunyian di atasnya?
"Aku tidak tahu tempat apa ini. Yang aku khawatirkan adalah, apa iblis-iblis itu tahu kalau kita pergi ke tempat ini? Aku rasa ini tempat yang cukup aman untuk bersembunyi," ucap Samuel yang mulai berjalan ke depannya.
"Tapi kita tidak mungkin kan berada di sini untuk selamanya?" tanya Anna yang mengikuti Samuel di belakangnya. "Kita harus memusnahkan para iblis. Dan Lucas bilang, kita harus membunuh Isaac."
"Kau gila?!" tanya Samuel yang sudah berbalik dan menatap Anna. "Dia hampir membunuhku dengan iblisnya. Kau tidak tahu kan apa saja yang sudah kulalui bersama iblis di tubuhku? Itu buruk Anna. Aku tidak mau merasakan itu lagi."
"Baiklah. Kau bisa menunggu di sini. Tempat ini aman, kurasa." Anna mulai berjalan mendahului Samuel, meninggalkan Samuel yang terpaku di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Chance
AdventureAnnabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak tahu mengapa dia menjadi yang terpilih. Tapi entah kenapa, Anna sangat tergila-gila pada kisah yang su...