Semua orang yang tadi tengah berkumpul sekarang sudah terpisah sesuai pekerjaan mereka masing-masing. Hanya tersisa Anna, Samuel, Lucas dan keheningan yang senantiasa bergabung dalam kecanggungan mereka. "Jadi," mulai Lucas. "Kita akan segera ke ruang sejarah, kan?"
Anna hanya mengangguk kaku sambil menoleh ke arah Samuel.
"Dimana anakmu?" tanya Samuel penasaran.
"Dia sudah pulang ke rumah untuk menemani ibunya," jawab Lucas sambil sedikit menyunggingkan senyumnya. Lalu dia mulai berjalan semakin memasuki gedung pusat, diikuti oleh Anna dan Samuel. "Kalian janganlah malu untuk berbicara padaku. Aku telah menganggap kalian sebagai keponakanku, santai saja, oke?"
"Baiklah. Apa aku harus memanggilmu paman?" tanya Samuel meledek.
"Terserah kau. Jika kau mau, kau bisa memanggilku sayang," jawab Lucas sambil tertawa kecil. Tapi Samuel hanya menaikkan sebelah alisnya sambil menengok Anna dan menunjuk Lucas dengan bola matanya.
Setelah mereka sampai di ruang sejarah, Lucas langsung memasuki sebuah ruangan kecil di sana setelah memberitahu Anna dan Samuel kalau mereka boleh memakai ruang sejarah ini sesuka mereka. Anna, yang baru pertama kali memasuki ruang sejarah milik kementrian ini sangat terpanah saat melihatnya. Dia membayangkan bahwa perpustakaan ini akan diturunkan kepadanya. Tapi dia hanya mengkhayal, dan kenyataannya, itu tidak akan terjadi.
Dia dan Samuel mulai berpencar. Sebenarnya Anna bingung dengan buku-buku tebal yang berjajar rapih di rak coklat ini, dia tidak tahu harus mulai membaca dari mana. Lalu dengan ketebalan halaman-halaman buku itu, kapan Anna akan selesai membacanya? Bagaimana bila ada sesuatu yang penting terlewatkan oleh Anna?
Baiklah, batin Anna, gunakan instingmu sayang.
Dia berjalan diantara dua rak yang tingginya sekitar dua meter. Kebanyakan dari buku di sana, sisi-sisinya bertuliskan coretan-coretan aneh dengan didampingi simbol-simbol asing yang sama sekali tidak pernah Anna lihat dan tidak pernah sekali pun Anna memikirkan kalau simbol itu ada. Sebuah simbol bibir, mata, hidung, telinga, serta organ lainnya terpajang di deretan buku itu.
Tapi satu yang membuat Anna tertarik untuk melihatnya, sebuah kumpulan koran yang bertumpuk-tumpuk yang terdapat di meja kecil di sudut ruang sejarah itu. Sebenarnya, koran itu tidak penting. Tapi tulisan "Isaac kembali beraksi" itulah yang membuat Anna terpancing.
Anna mulai menghampiri meja itu dan mengambil beberapa kertas kumal yang saling tertempel. Dia membacanya perlahan dan mulai memahami maksud dari isinya. "Isaac menemukan sihir baru yang luar biasa."
Anna sempat memutar otaknya sebentar. Jadi, ceritanya di sini ayahnya baru saja bereksperimen dengan menciptakan penemuan yang baru? Anna tertawa kecil saat membayangkan ayahnya sedang memakai baju lab. berwarna putih dengan kaca mata tersangkut di hidungnya, dan dengan kodok yang ia pegang dengan jijik.
Oke, fokus Anna, perintah Anna pada dirinya sendiri. Lalu Anna mulai membaca paragraf pertama paragraf itu.
"Kamis lusa, ditemukan adanya tulang manusia yang berserakan di rumah seorang penyihir muda. Anehnya, tulang itu ditemukan secara tidak sengaja oleh warga setempat dan tidak menyebabkan bau busuk sama sekali. Si pemilik rumah pun tidak berada di tempat. Masyarakat di sekitar rumah itu berkata, bahwa pemilik rumah, Harry (18), sudah tidak terlihat di sekitar rumahnya. Keluarganya pun juga mengilang. Tapi setelah tulang itu di periksa, itu bukan tulang Harry, melainkan tulang ayah Harry, Joseph (39).
Keesokan harinya, tepatnya kemarin Jum'at, Joseph terlihat sedang menghadiri suatu acara perkawinan sang mentri pertahanan. Dia terlihat sangat rapih dengan pakaian formalnya. Saat dia diberi tahu tentang apa yang terjadi di rumah anaknya, dia mengaku, "Demi apapun itu bukan tulangku! Aku di sini, berdiri dengan tegak dan tentu masih ada tulangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Chance
AventuraAnnabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak tahu mengapa dia menjadi yang terpilih. Tapi entah kenapa, Anna sangat tergila-gila pada kisah yang su...