Clarissa menyuruh Anna dan Samuel untuk duduk di ruang tamunya. Sementara dia pergi ke dalam untuk mengambil minuman.
Di ruang tamu itu, ada empat kursi kayu berwarna coklat pekat dengan sedikit ukiran-ukiran aneh. Seperti gambar asap yang di tengah-tengahnya terdapat pedang tertancap. Lantainya tidak terlalu bagus. Sangat kotor dan licin. Keadaan rumah ini benar-benar sangat kacau.
Tidak lama setelah itu, Clarissa datang membawa tiga cangkir beserta teko kecil di atas nampan. Dia menaruhnya di meja yang ada di antara kursi. "Kau, keturunan siapa?" tanya Clarissa pada Anna.
Anna yang hampir mengambil cangkir itu langsung menengok ke arah Clarissa. "Aku? Alika. Kau pasti mengenalnya," kata Anna yang segera mengambil cangkir dan meminum teh yang ada di dalamnya. Tenggorokan Anna terasa begitu kering saat mengitari komplek untuk mencari rumah Clarissa.
"Alika?" tanya Clarissa heran. "Oh, ya Tuhan. Sekarang kau mau apa? Memintaku untuk membebaskannya?"
Anna menggeleng dan meletakkan kembali cangkirnya. "Bawa kami ke kota penyihir," kata Anna dengan tenang.
Clarissa mengangguk mengerti. "Tidak," katanya. "Kau tidak bisa ke sana. Di sana sedang kacau. Dan kau baru pemula kan?" Lalu dia menengok ke arah Samuel. "Kau?"
Samuel yang sedari tadi hanya memperhatikan, sekarang ikut bergabung ke dalam percakapan yang asing ini. "Aku, keturunan dari,"
Belum selesai Samuel bicara, Clarissa memotongnya. "Kau, mirip Richard," katanya sambil mengelus pipi kanan Samuel.
Menurut Samuel, Clarissa belum bisa di sebut ibu-ibu, walau sebenarnya umur Clarissa sudah ratusan tahun. Wajah yang berantakan membuat Clarissa semakin seksi, pikir Samuel. "Ya, kau benar. Jadi tolong antar kami kesana," kata Samuel tidak peduli dengan sentuhan jari Clarissa di pipinya.
"Tunggu sebentar," kata Clarissa yang langsung berdiri dan masuk ke dalam suatu ruangan. Dia kembali dengan membawa sebuah buku besar seperti milik Alika. Lalu dia membukanya dan menuliskan sesuatu dengan pensil yang ada di dalam buku itu. "Aku akan memanggil Robert, anakku. Dia tidak bisa mengantar kalian ke kota penyihir, tapi dia bisa memberi tahu kalian peraturan atau sejarah tentang siapa diri kalian itu."
Anna dan Samuel sama sekali tidak mengenal Clarissa. Dan baru menit-menit terakhir ini mereka bertiga saling bertukar kata-kata. Sekarang, Anna dan Samuel hanya bisa memperhatikan Clarissa yang sedang berbicara melalui buku yang tebal itu.
Satu, dua, tiga. Dan setelah itu keluar asap dari celah-celah buku itu. Asap itu tidak berbau, tapi jika kau ada di dalam asap itu, jangan harap kau bisa melihat apa yang ada di depanmu.
Tidak lama kemudian, asap itu mulai menghilang dan berdirilah seorang lelaki diantara kursi Clarissa dan Anna. Lelaki itu bertubuh tegap dan tinggi dan, ada sedikit darah di pinggir bibirnya. Lelaki itu berpakaian putih polos yang warnanya sedikit kotor karena terkena tanah, dan memakai celana jeans berwarna hitam.
Clarissa melirik lelaki itu dan berkata, "Sekarang, ceritakan padaku. Kau berkelahi dengan siapa lagi?"
Lelaki itu hanya diam dan menatap Clarissa dengan tatapan yang seolah-olah berkata, "Aku tidak melakukan apa-apa." Tapi Clarissa lebih memantapkan tatapannya lagi. Dia mengunci tatapannya di mata cokelat milik lelaki itu. Lelaki itu pasrah dan mengaku, "Baiklah, dengan David. Apa itu bisa membuat ibu berhenti menatapku seperti itu?"
Clarissa justru tambah melotot karena kaget. "Apa?!" kata Clarissa yang mulai bangkit. "Kau pasti bercanda. Kau bilang, kau baru saja berkelahi dengan David? Anak Kepala Deandle?"
Lelaki itu malah menatap sekeliling. Menatap Anna dan Samuel lalu ke Clarissa lagi. "Dia mengejekku, Ma," kata lelaki itu dengan manjanya.
"Terserah kau. Sekarang, bawa mereka berkeliking komplek atau, ajak mereka ke pondok. Aku butuh istirahat. Banyak tahanan yang kabur belakangan ini," kata Clarissa yang masuk ke dalam kamar yang kelihatan lebih berantakan, kertas-kertas bertebaran dimana-mana. Lalu dia membanting pintunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/23362892-288-k252453.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Chance
AdventureAnnabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak tahu mengapa dia menjadi yang terpilih. Tapi entah kenapa, Anna sangat tergila-gila pada kisah yang su...