Tidak ada penyelesaian

1.1K 84 6
                                    

AKHIRNYA SELESEII
Authornya lama banget gils.
And im so sorry for that.
Is it too late now to say sorry?🎶

(mulmed: kurang lebih gambarannya kayak gitu)

****

"Kau, tidak harus melakukan itu Anna. Kau tidak tahu kekuatan apa yang dimiliki ayahmu," ucap Alika terlihat lebih khawatir dari sebelumnya. "Tolong, beri aku kesempatan lain."

"Aku tidak bisa," balas Anna.

Alika menunduk, bernafas dengan berat seperti menimbang-nimbang sesuatu. Setelah beberapa detik, akhirnya dia menatap Anna kembali. "Baiklah," ucap Alika. Lalu tangan kanannya bergerak ke belakang punggungnya, bibirnya bergerak tanpa bersuara sambil menutup matanya. Saat dia menarik tangannya kembali, dia memegang pedang yang ditutupi oleh perunggu silver yang mengkilat. "Pakailah. Ini punyaku."

Anna tersenyum sambil memandang pedang itu. "Terima kasih," ucap Anna sambil memeluk ibunya erat.

"Kembalilah dengan kabar bagus," bisik Alika di telinga Anna.

"Pasti," balas Anna sambil melepas pelukannya dan dia kembali tersenyum. Dia berbalik dan menghampiri Christoff yang sedari tadi sedang membagi-bagi tugas pada rekannya yang lain. Anna mengarahkan matanya ke arah Samuel, dan Anna mulai melamun.

Biasanya, di saat seperti ini, Samuel akan menghamprinya dan mendorong Anna agar membatalkan ini, membatalkan kepergiannya. Sesusah apa pun Anna akan menolaknya, Samuel akan terus berusaha memberhentikan Anna. Samuel memang anak yang keras kepala. Tapi sekarang? Menatap Anna pun tidak, bagaimana dia mau mencemaskannya?

Anna menggeleng. Itu bukan Samuel, Anna, pikir Anna. Samuel-mu ada di sana membutuhkanmu.

Anna menarik nafasnya dalam lalu mulai berjalan menghampiri Samuel. Setidaknya dia berpikir kalau Samuel bisa mendengarnya berarti dia harus memberitahu Samuel sesuatu. Sesuatu yang sangat penting untuk diketahui Samuel. Sebenarnya, Anna ingin sekali memberitahunya secara langsung, maksudku, dengan yang benar-benar Samuel. Dia ingin melihat ekspresi yang dikeluarkan Samuel saat mendengar suaranya nanti. Tapi, itu terdengar mustahil.

Anna sampai di hadapan Samuel dan Sophia, di antara anak dan ibu ini. Sophia memandang Anna sambil tersenyum. Dia mengambil telapak tangan kiri Anna dan meremasnya. Anna membalas tersenyum lalu Sophia melepas tangan Anna dan berbalik meninggalkan mereka berdua seakan tahu apa yang akan Anna lakukan. Mata Anna berpaling ke mata Samuel yang sedang menatap kepergian ibunya. "Sam," panggil Anna. Tapi Samuel tetap memandang ibunya yang semakin menjauh. Anna menghela nafasnya. "Aku tahu kau dapat mendengar suaraku, Sam," ucap Anna sambil menunduk. "Jadi dengarkanlah aku!"

Dengan kepala yang masih menunduk Anna melanjutkan. "Aku benar-benar minta maaf atas kesalahanku. Dari awal memang aku yang salah dan, aku meminta maaf akan itu. Lalu ayahku. Aku bersumpah akan membunuhnya demi dirimu, Sam. Demi kota penyihir. Dan asal kau tahu, aku akan selalu menunggu dirimu kembali. Dirimu yang sebenarnya. Aku tidak peduli seberapa lama aku akan menunggumu, yang pasti aku akan selalu menunggumu. Tolong, ingatlah itu Sam."

Anna mendongak menatap Samuel. Anna melihat ada keterkejutan di matanya. Dan Anna mempunyai firasat buruk akan itu. Lalu tiba-tiba saja Anna merasakan adanya hawa dingin di sekitarnya. Hawa dingin yang mengancam. Perlahan Anna mundur, menjauhi Samuel lalu berbalik. Anna tahu kalau iblis di dalam diri Samuel merasa terancam akan kata-kata Anna barusan. Dan kemungkinan besar, iblis itu sedang merencanakan sesuatu.

Anna kembali menuju rekan-rekannya yang ternyata sedang bersiap-siap. Salah satu wanita di sana dengan rambut hitam sebahu melihat Anna dan tersenyum. Lalu perempuan itu menghampiri Anna selagi Anna menghampiri rekan-rekannya. "Aku Lea," ucapnya sambil menjulurkan tangannya. Anna membalas jabatan tangannya. "Aku bagian dari kepolisian penyihir. Senang dapat bekerja bersamamu." Anna mengangguk pada wanita yang bernama Lea itu. "Kita akan berangkat, apa kau sudah siap?"

The First ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang