Bagian 41

283 42 18
                                    

Butiran putih yang menumpuk masih betah menyelimuti pinggiran jalan, hawa dingin membuat kegelisahan mereka semakin memuncak, menanti tanpa pasti seorang anggota yang menghilang entah kemana. Hentak kaki mengetuk perlahan saat panik mulai menyerang, yang paling disegani kembali menekan tombol panggilan berharap kali ini akan diangkat, usahanya berakhir sia-sia.

"Jadi bagaimana? Kita sudah terlambat satu jam, bus tidak akan mau menunggu kita lebih lama lagi." Racau Seungdae. Mereka kompak melirik sopir yang sudah terlihat jengah.

"Apa kau sudah hubungi pihak kampus?"

Hongjoong menggeleng samar, menghasilkan dengusan kasar setiap mereka.

"Kalian pergi saja dulu, aku akan menunggunya disini, kami bisa naik bus umum." Sahut Hongjoong, sebagai ketua dia tak mungkin meninggalkan anggotanya, dia juga merasa bertanggung jawab karena mengizinkan Leo bergabung walau pendaftaran klub sudah ditutup saat itu.

"Kau gila? Lebih baik kita terlambat semua dari pada harus pulang tanpamu." Jisun tak mau mengambil resiko.

Suasana kembali sunyi, meski suara teriakan, tawa anak-anak di lapangan terdengar jelas namun tak cukup menghibur kegundahan hati mereka.

Yang paling mungil bergerak maju, hati-hati ia memandang Hongjoong.

"Sepertinya aku tau dimana Leo."

Semua mata memandangnya, terkejut dengan ucapan Zayyan. Jika benar ia tahu dimana Leo, kenapa tidak bilang dari tadi.

"Kau tau? Menurutmu dia kemana?" Sahut Hongjoong.

"Ku.. ku rasa dia pergi ke kebun....."

"MAAF MEMBUAT KALIAN MENUNGGU."

Teriakan lantang dari kejauhan membuyarkan perhatian mereka pada Zayyan. Semua menoleh ke sumber masalah yang sedari tadi mereka tunggu kehadirannya. Tergopoh-gopoh ia melajukan langkah dengan penampilannya yang urak-urakan seperti dikejar sesuatu, tentu saja ia dikejar jawaban dari semua mata yang memandang, kemana ia pergi sampai membuang waktu mereka sia-sia.

Mereka menghela napas lega setelah Leo berlari mendekat. Semakin dekat dan mereka berubah menjadi singa yang siap menerkam mangsanya, Leo. Menyadari apa yang akan terjadi, Leo dengan sigap menarik lengan Zayyan dan mengajaknya pergi dari perkumpulan mereka.

"Hei, mau kemana lagi kau?" Teriak Hongjoong.

"Mau kau bawa kemana Zayyan?"

"Kau gila ya, kami mencarimu dari tadi dan kau kembali hanya untuk menghilang lagi dan membawa Zayyan?"

"Jangan pergi tanpa alasan Leo sialan."

"Dia benar-benar gila."

"Bagaimana ini?"

Dari kejauhan Leo kembali berteriak, "SEPULUH MENIT SAJA, KUMOHON!!"

Lipatan pada dahinya tak seharusnya muncul di usianya yang masih muda, Hongjoong tak habis pikir dengan anggotanya yang satu itu, ditambah Zayyan menjadi dua. Dia akhirnya mengalah.

"Oke, kita tunggu sepuluh menit dan kalau mereka tidak kembali juga, kita berangkat saja."

"Tanpa mereka?" Beomsoo terlihat panik.

Hongjoong mengangguk yakin, memerintah semuanya untuk masuk ke dalam bus. Beomsoo yang paling terakhir masuk sambil memandang jauh ke arah dua manusia yang berlari menjauh tadi. Keinginannya untuk mencari tahu apa yang mereka berdua lakukan sangat besar, apalagi setelah melihat mereka berpelukan tadi malam. Meski sedikit terkejut, tapi Beomsoo sadar sudah saatnya mereka berbaikan. Beomsoo melangkah masuk.








One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang