Bagian 40

441 41 20
                                    

Tak banyak yang ia lakukan, hanya menatap resah kotak persegi dalam genggamannya sambil menerka-nerka apa yang ada di dalamnya.

Usai diusir secara paksa oleh Soomin, Sing tak bisa menolak untuk memenuhi permintaan gadis itu. Bukan bermaksud ingin mengabaikan kotak itu, tapi Sing bingung apa yang akan ia lakukan setelah membukanya. Menemui Zayyan juga masih menjadi pilihan kesekian untuknya. Sing hanya ingin berdamai dengan hatinya terlebih dahulu sebelum kembali ke kehidupan lamanya.

Tangannya bergerak membuka kotak yang sedari tadi ia genggam. Sebuah gulungan kertas terlihat dan Sing membukanya.

Goresan pensil yang teratur menegaskan setiap sudut gambar yang sempurna. Zayyan benar-benar lihai dalam mengayunkan jemarinya.

Sebuah bangku panjang yang diapit oleh dua pohon dan terletak di puncak taman.

Sing mengingatnya. Zayyan menggambar tempat dimana mereka menikmati tanghulu di bawah rembulan malam.

Dibaliknya kertas dan mendapati tulisan Zayyan 'Aku rindu kita berada disini.'
Tanpa sadar, sudut bibirnya tertarik menyunggingkan senyum tipis melihat tulisan Zayyan.

Hembusan angin menyapa wajahnya, Sing meremat kasar kertas di genggamannya. Zayyan mencoba merayunya. Sing menggeleng samar, menertawai dirinya yang mudah terperdaya hanya dengan lukisan sederhana.

Namun, bayang-bayang wajah Zayyan yang ia tolak kemarin kembali menghantuinya. Sing tak bisa memungkiri, ia juga sangat terkejut dengan kehadiran Zayyan. Hatinya tak siap melihatnya secara tiba-tiba. Betapa kuatnya ia menahan kedua lengannya untuk memeluk, merengkuh lelaki itu dan menghabiskan waktu hingga dingin tak lagi mengganggu. Sing menunduk ragu.

Semua telah berlalu, lalu apa yang akan ia lakukan setelahnya? Bak tersesat di persimpangan jalan, Sing tak tahu harus memilih yang mana. Kembali menemui Zayyan atau tetap pada pendiriannya, bertahan disini. Sing tidak tahu. Benar-benar tidak tahu.



.

.





"Kau tidak makan?"

Beomsoo bertanya sambil memasukkan cupcake ke dalam mulutnya, mengunyah dan menelannya. Leo yang duduk di sebelahnya justru tak terlihat antusias dengan berbagai hidangan di atas meja, ia kerap kali hanya memandang dan mencicipi sedikit. Leo menggeleng sebagai respon.

"Makanlah, ini pesta perpisahan kita, besok kita sudah kembali ke Seoul."

Leo sedang tak ingin berdebat, ia akhirnya mengalah dan menjejalkan beberapa makanan yang dirasa menggugah seleranya. Setiap gigitan terasa hambar. Apalagi mengingat semua cerita Zayyan tadi sore. Leo tak banyak bicara, hanya menatap Zayyan sambil meresapi setiap kalimat yang ia terima dari Zayyan dan pergi setelahnya. Hingga malam ini, tak ada lagi yang mereka berdua bicarakan mengenai hubungan antara Leo Zayyan dan Sing. Leo benar-benar bingung dengan keadaannya.

Zayyan yang sesekali terlihat mencuri pandang ke arah Leo ternyata sama bingungnya. Bukan tak mungkin Zayyan merasa bersalah dengan menceritakan semua perihal Sing, tapi Leo sepertinya perlu tahu. Apapun yang akan Leo lakukan setelahnya, Zayyan hanya berharap yang terbaik untuk mereka bertiga. Ia sudah muak dengan semuanya.

Waktu terus berjalan, tak terasa pesta perpisahan telah usai di pukul sembilan malam bersama anak-anak panti. Waktu tidur tak boleh terlewat, Anak-anak juga masih kecil.

"Hey, tunggu dulu. Kalian mau kemana?"

Hongjoong berujar usai melihat anggotanya berangsur pergi.

Dua plastik penuh di kedua tangan diangkat dan digoyangkan, bunyi gesekan kaca terdengar jelas, dengan mudah dipahami oleh mereka. Wajah-wajah lelah itu mulai semangat kembali. Mereka kembali duduk mengitari botol-botol soju yang sudah tersusun di atas meja.

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang