"Kenapa gak kabarin aku, Ta?" Afdan memandang Thalita cemas usai mendengar ceritanya.
Mereka kini duduk di ruang tamu rumah Thalita. Ratih menyambutnya dengan hangat. Anak tetangganya dulu yang sempat menghilang, kini kembali muncul di hadapan.
"Apa yang harus aku bilang?" Thalita membalas dengan pertanyaan. "Haruskah aku terlepon kamu cuma bilang kalau aku dihamili pacar aku, gitu? Memangnya kamu mau apa?"
"Aku mau hajar dia," sahut Afdan. Terdengar emosi yang tertahan dalam suaranya.
"Gak perlu, dia udah ma*ti," kata Thalita. Dia menghela napas berat, menciptakan keheningan antara mereka berdua.
Afdan memandang Thalita lekat dan penuh rasa iba. Sedangkan Thalita memandang kosong ke sembarang arah, menghindari kontak mata dengan Afdan.
Tangan cowok itu bergerak menggenggam tangan Thalita, membuat sang empunya tersentak dan seketika menoleh.
"Semoga anak itu gak lahir tanpa ayah," kata Afdan tulus. Thalita baru ingat kalau dia belum memberitahu Afdan mengenai Erwin. Afdan melanjutkan, "Kamu pasti menemukan malaikat yang bersedia mengisi kekosongan anak itu."
***
"Malaikat pencabut nyawa!" Andhika dengan lantang menjawab soal tebak-tebakan yang dilontarkan oleh Doni.
Ya, mereka mengganti acara musiknya dengan main tebak-tebakan tema agama. Tentunya bagi mereka yang masih waras. Beberapa orang yang sudah teler, kini tumbang di atas rerumputan. Entah tidur atau pingsan.
"Gue tadi tanya soal tugas Malaikat Jibril! Lo tahu gak sih?" geram Doni. Dia kesal dengan jawaban-jawaban Andhika yang sejak tadi ngaco.
"Gue tahu!" Robby menyahut dengan excited. "Malaikat Jibril tugasnya adalah ... peniup sangkakala."
"Pala lo gue tiup!" Doni melempar pisang goreng Robby yang langsung ditangkap dengan senang hati.
"Menyampaikan wahyu," sahut Erwin santai.
"Gue disampaikan ke siapa?" Suara serak tiba-tiba terdengar dari halaman taman. Erwin dan kawan-kawan yang duduk bercengkerama, kini menoleh. Cowok yang baru saja bersuara itu bernama Wahyu, dia salah satu cowok yang teler.
"Disampaikan ke pak ustadz," jawab Doni dingin.
Bambang meneruskan perkataan Doni, "Buat dirukyah."
Malam semakin larut, banyak orang ketiduran di taman belakang. Hanya ada beberapa yang masih terjaga untuk main kartu.
Wahyu yang tampaknya masih setengah sadar meski sudah teler, dia bangkit. "Win, pinjem kamar mandi lo, ya?"
Erwin mengangguk, dia lebih fokus pada lembaran kartu di tangannya.
Wahyu berjalan sempoyongan ketika menaiki tangga menuju kamar Erwin. Beberapa kali hampir terpeleset, untuk pertahanannya bagus.
"Mam*pus! Gue kasih kartu as!" Bambang membanting kartu As icon love ke atas meja dengan bangga.
Erwin tersenyum miring, lalu meletakkan kartu joker dengan santai tepat di atas kartu As milik Bambang. Membuat cowok itu kecewa berat.
Saat sedang fokus bermain, Erwin, Bambang, Andhika, dan Robby dikejutkan oleh suara Wahyu yang berteriak heboh dari depan pintu kamar Erwin yang terlihat dari daerah taman.
"Erwin! Sejak kapan lo suka pakai BH?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Teen Fiction[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...