Halo hai.. ketemu lagi
Mau coba ngerandom di wp ah, udah bosen ngerandom di fb😁
Mau pantun dulu saya
Buah duku, buah semangka
Kukira aku, ternyata dia🥲Gwenchanaaaaa
Ada pantun lagi nih, bantu isi ya?
Satu madu, dua unta
(Silahkan diisi🙂)Keluarkan sisi tergalaumu wahai kaum galau squad😌
Langsung saja..
Cekidottt
Setelah hari ulang tahun yang melelahkan sekaligus menegangkan, Erwin lega pasukannya sudah pulang ke markas mereka masing-masing. Ralat, rumah maksudnya.
Erwin ditugaskan menjemput Thalita siang ini. Sebenarnya dia malas dan capek, tapi tidak bisa dia menolak permintaan sang mama.
Sebelum ke rumah Thalita, dia mampir ke toko buah untuk membeli sesuatu untuk mertuanya. Kali ini bukan permintaan Tari, melainkan inisiatifnya sendiri.
Setelah memilih beberapa buah, Erwin membawanya ke kasir. Selagi menunggu barangnya dihitung, Erwin mengedarkan pandangannya ke seluruh isi ruangan.
"Bukannya kamu suka belimbing?"
"Iya, Tante, emang suka, tapi lagi gak pengen. Yang lain aja ya?"
"Ya udah, mau yang mana?"
Suara familier itu menarik perhatian Erwin. Di sisi lain ruangan, terlihat seorang wanita paruh baya sedang bercengkerama dengan pemuda yang usianya kira-kira sedikit lebih tua dibanding Erwin.
Erwin bergumam, "Mama Ratih? Dia sama siapa?"
***
"Cantik banget hiunya." Thalita kagum melihat isi dari kado misterius yang dia terima pagi tadi. Sebuah boneka hiu berukuran sedang.
Sejak tadi, dia duduk di sofa ruang tengah, sibuk menebak-nebak dari mana hiu itu berasal. Tidak mungkin dari laut.
"Apa itu? Jel*ek banget."
Thalita tersentak, reflek menoleh ke asal suara. Erwin berdiri di dekat sofa.
"Lo ngapain?" Pertanyaan bo*doh macam apa itu? Thalita merutukinya.
"Jual somai," jawab Erwin ogah-ogahan. Moodnya hancur melihat boneka hiu yang membuat Thalita senyum-senyum sendiri.
"Maaf," ungkap Thalita merasa bersalah.
Erwin melirik boneka itu dengan jij*k. "Dapat dari mana itu?" tanyanya sembari menunjuk boneka dengan dagunya.
"Gak tahu," jawab Thalita mengedikan bahu. "Yang pasti bukan dari lo, kan?"
Erwin terkekeh, cenderung mengejek. "Gak mungkinlah, selera gue gak seburuk itu."
Erwin beranjak ke dapur dengan menenteng dua kantung keresek berisi jeruk dan melon. Dia menyimpannya ke dalam kulkas.
"Tapi ini bagus menurut gue, lucu." Thalita memeluk boneka hiunya dengan gemas.
"Gue bisa beliin lo boneka yang lebih bagus dari itu," kata Erwin sombong. Sembari dia berjalan menghampiri Thalita dan duduk di sofa seberangnya.
"Beneran lo bakal beliin gue?" Mata Thalita seketika berbinar. Dia beralih duduk tepat di samping Erwin yang wajahnya mulai berubah cemas. "Abis ini kita pulang, kan? Kita mampir ke toko boneka dulu berarti."
Erwin menghela napas berat. Dia bergumam penuh penyesalan, "Mulut gue be*go banget."
***
Pulang dari toko buah, Ratih dan Afdan menghadapi satu masalah kecil dengan orang tak dikenal. Seorang pelajar cowok tak sengaja menyerempet mobil Afdan hingga baret cukup parah. Kejadian itu terjadi di komplek tak jauh dari rumah Thalita.
"Itu motor masih punya rem, kan? Kenapa gak dipake?" Afdan marah-marah. Pelajar cowok itu terus meminta maaf.
"Afdan, udah jangan dimarahin terus, kasian dia," kata Ratih mengelus punggung Afdan lembut. "Biaya perbaikannya biar Tante yang tanggung."
"Bukan soal biaya, Tante, masalahnya dia naik motor ugal-ugalan!" tegas Afdan.
"Saya akan ganti kalau udah punya uang," tawar pelajar itu penuh penyesalan.
"Gak perlu!"
Afdan langsung kembali ke dalam mobil, disusul oleh Ratih yang meminta maaf dulu ke pelajar itu atas sikap Afdan. Tentu saja Afdan semakin kesal.
Setelah kepergian Afdan dan Ratih, pelajar cowok itu masih memandang punggung mobil itu yang semakin menjauh dengan cepat.
Dia berkata, "Kalau bukan saya yang ganti, berarti kalian yang harus ganti."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Roman pour Adolescents[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...