🟢Bab 16

798 40 0
                                    

Annyeong

Ada yg suka drakor gak di sini?
Siapa aktor favorit kalian?

Kalo aku sih, Kim Jong-un ya😌

Eh, salah gak sih?

Maaf kalo salah 🙏😁

Kalo kalian siapa dari segi ketampanan?

Pasti banyak lah ya?

Pasti banyak yg saya tidak kenal, karena saya cuma nonton drakor beberapa judul saja, gak banyak. Tapi emang beberapa ada yang aku suka.

Sebutkan satu judul favoritmu!

Siapa tahu saya tertarik nonton kalo gabut.

Oke, langsung saja

Cekidotttt

"Gak usah lihatin gue, gue bukan lukisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak usah lihatin gue, gue bukan lukisan." Erwin menegur Thalita yang terus memandanginya lekat. Mereka masih duduk di sofa yang sama. Saling berdampingan.

"Lo adalah lukisan terindah yang pernah gue punya," balas Thalita dramatis.

"Lo gombalin gue?" Erwin bertanya dengan wajah datar.

"Iya," jawab Thalita bersemangat. "Salting dong!"

Erwin melongo, takjub dengan respon Thalita. Bisa-bisanya perempuan itu menyandang status sebagai istrinya. Untung tidak dipublish, bisa malu-maluin nanti.

"Stres lo!"

Perhatian mereka teralihkan ketika ada yang datang. Ratih dan Afdan masuk dengan menenteng belanjaan di tangan kanan kiri mereka. Afdan yang paling banyak membawa barang.

Thalita panik, takut Afdan melihat Erwin. Sedangkan cowok itu memandang Afdan tak biasa.

"Erwin?" Ratih memekik melihat menantunya datang. Tentu saja dia panik, pernikahan ini tidak boleh bocor ke Afdan.

Afdan mengernyit ketika matanya bertemu dengan Erwin. "Dia siapa, Tante?"

***

Setelah Afdan pulang, suasana di rumah Thalita benar-benar penuh ketegangan.

"Dia siapa, Ma?" tanya Erwin menegaskan pada Ratih.

"Dia teman Thalita sejak kecil," jawab Ratih. "Sempat pindah, dan sekarang balik lagi."

Wajah Ratih tampak pucat. Dia merasa bersalah karena sudah berbohong pada Afdan. Tadi dia menjawab bahwa Erwin adalah teman Thalita, tidak lebih.

"Jadi, gimana sekarang, Ma?" tanya Thalita yang tak kalah khawatir.

"Afdan pasti sering main ke sini, dia pasti curiga kalau kamu gak ada di rumah." Ratih menggigit jarinya, cemas.

Cuma Erwin yang santai di sini. Itu karena dia sudah menemukan solusi. "Thalita tinggal di sini aja," usulnya.

"Win!" Ratih memekik tak biasa. Melotot ke Erwin, membuat cowok itu merinding. "Kalian udah nikah, gak sepatutnya tinggal terpisah. Pamali!"

Erwin langsung kicep. Tak berani menjawab.

"Kenapa kita gak jujur aja ke Afdan, Ma?" tanya Thalita.

"Itu sama aja menyebar aib sendiri, Thalita!"

Mendengar perkataan tegas Ratih, Thalita jadi murung. Kenapa hidupnya sesulit ini? Thalita merasa benar-benar kehilangan masa bebasnya. Jujur saja, dia tak suka permainan petak umpet ini.

Erwin iba melihat wajah lesuh Thalita. Dia segera memikirkan solusi lain.

"Afdan di sini sampai kapan?" tanya Erwin.

Ratih dan Thalita mengernyit memandang Erwin.

"Katanya sih dua bulan selama liburan kampus," jawab Thalita.

"Ya udah, cuma dua bulan." Erwin memandang Ratih dengan senyum ramahnya. "Selama itu, aku akan antar Thalita ke sini kalau Afdan mau datang."

***

Setelah mereka kembali ke rumah Erwin, Thalita jadi sering melamun. Dia cemas tanpa sebab, makan telat, kurang tidur. Tari benar-benar cemas melihat wajah Thalita yang tampak pucat selama beberapa hari belakangan.

"Win, tolong jaga Thalita, ya?" Tari memohon. "Mama gak bisa selalu ada 24 jam, kamu yang tugasnya jaga dia kalau malam."

"Salah dia sendiri gak mau makan, suka begadang," balas Erwin enteng.

"Dia pasti banyak pikiran," kata Tari memandang Thalita yang sedang merapikan tempat tidurnya. Tari dan Erwin berdiri di luar kamar.

Sebenarnya, Erwin juga tak tega. Namun, gengsinya lebih besar. Erwin harus perhatian dan merawat Thalita yang sedang hamil? Dia tak pernah membayangkan ini sebelumnya.

***

"Nih, susu." Tari menyodorkan segelas susu pada Erwin ketika hendak pergi tidur.

"Erwin udah gede, Ma, ngapain dikasih susu?" balas Erwin sesekali menguap.

"Bukan buat kamu."

Erwin langsung paham. Dengan terpaksa dia menerima susu itu dan membawanya ke atas.

Ketika membuka pintu, dia tidak menemukan Thalita. Padahal sejak sore perempuan itu tidak keluar kamar.

"Tha?" panggil Erwin.

Dia mengetuk pintu kamar mandi. Tidak ada balasan dari dalam. Pintunya juga tidak dikunci, sehingga Erwin bisa membukanya dengan mudah.

"Tha!"

"Tha!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang