Malam berikutnya, Erwin sedang berdebat dengan Thalita perkara bingkai foto pernikahan mereka yang Tari pajang di ruang keluarga.
"Gue tetep mau pindah tuh foto ke gudang!" tekad Erwin yang kesekian kali.
"Jangan! Biarin di situ!" cegah Thalita yang ke sekian kali juga. Dia berusaha menjauhkan Erwin dari foto itu.
"Kalau ada yang lihat gimana? Masa depan gue dipertaruhkan!"
"Paling yang lihat kita sama mama papa," jawab Thalita.
"Kenapa sih harus dipajang?" Erwin melas. Thalita tersenyum lebar.
"Ini kan foto bersejarah," jawabnya. Thalita melanjutkan, "Lihat tuh, gue kelihatan cantik banget."
"Nggak peduli," ketus Erwin.
Thalita memandang foto itu tanpa peduli respon Erwin. Dia masih mengagumi gambarnya. Lebih tepatnya wajah Erwin yang kaku.
"Lo juga kelihatan ganteng di situ," ungkap Thalita.
Erwin mematung. Padahal bukan pertama kali ada gadis yang memujinya tampan. Namun, ketika Thalita yang mengatakan terasa berbeda. Mungkin karena Thalita belum pernah memujinya. Positif thinking sajalah.
"Selamat menikmati foto si ganteng dan si cantik," kata Erwin sembari meraih jaket dan kunci motornya dari punggung sofa. "Gue cabut," pamitnya beranjak pergi tanpa memandang Thalita yang segera mengejar.
"Lo mau ke mana?" tanya Thalita berusaha menyamakan langkahnya dengan Erwin. "Ini udah malem."
Erwin tak menjawab, dia segera menaiki motornya ketika sampai di garasi.
"Erwin, jangan pergi," pinta Thalita.
Ponsel Erwin berdering, cowok itu segera menerima panggilan dari Bambang, salah satu anggota genk Devil's King.
"Kenapa?" tanya Erwin.
"Gawat, Win, lo harus ke arena balap sekarang," jawab Bambang panik.
"Ada apa? Yang jelas!" Erwin geram.
"Si Mike nantangin lo, kalau lo nggak dateng, dia akan rebut markas kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Roman pour Adolescents[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...