"Lo serius, Tha? Lo beneran udah nikah sama Erwin?" Dona menegaskan untuk yang ke sekian kalinya.
Siang ini, Dona datang ke rumah Thalita. Mereka sedang ada di kamar ketika Thalita menjelaskan alasannya sempat menolak bertemu Erwin semalam.
"Serius," jawab Thalita tersenyum tipis. Berbeda dengan reaksi Dona yang terkejut bukan main, dia masih belum percaya sepenuhnya.
"Jadi selama ini gue cariin lo dan lo selalu gak ada di rumah itu karena lo tinggal di rumah Erwin?" tanya Dona.
Thalita mengangguk, tersenyum malu. Suasana hatinya sangat bagus siang ini, apalagi sambil menunggu kabar Erwin akan menjemputnya entah kapan.
"Plotwist macam apa ini?" Dona semakin heboh. Dia memperhatikan wajah Thalita yang cerah dan ada raut bahagia di senyum tipisnya. Dona bertanya, "Semalem lo ketemu Erwin?"
"Iya," jawab Thalita.
"Dia bilang apa?" Dona antusias.
"Dia bilang bakal jemput gue dan yakinin orang tua gue lagi," jelas Thalita.
Dona berteriak kegirangan, dia berkata, "Pantesan semalem lo langsung bahagia habis pulang dari sana. Kenapa gak sejak awal aja gue ajak lo ketemu Erwin, jadi gue gak perlu susah-susah ngajak lo keliling Jakarta yang gak ngaruh apa-apa buat lo."
Thalita meliriknya tajam, lalu berkata, "Jadi lo nyesel udah traktir gue?"
Dona mematung, dia langsung klarifikasi, "Gak gitu, gue gak nyesel, malah gue seneng banget bisa jalan-jalan bareng lo seharian. Tapi gue lebih seneng lagi lihat lo bahagia, walaupun bukan karena gue."
Dona berusaha meyakinkan Thalita, dia sangat takut jika sahabatnya marah lagi.
Tiba-tiba ponsel Thalita berdering, mengalihkan perhatian mereka.
"Awas! Mana ponsel gue?" Thalita heboh mencari ponselnya yang terselip dalam selimut. Dia sangat antusias, berharap nama Erwin tertera di layar.
"Siapa? Erwin telepon?" tanya Dona ikut heboh.
Ekspresi Thalita berubah melihat nomor tak dikenal yang muncul di layar. Dia langsung mematikannya dan membuang ponselnya ke ranjang.
"Kenapa dimatiin?" tanya Dona heran.
"Nomor aneh lagi," jawab Thalita. Dia menjelaskan, "Itu nomor yang sering telepon gue dari beberapa bulan lalu. Setiap gue angkat, dia gak ngomong apa-apa, bikin gue emosi doang."
"Tiap hari teleponnya?" tanya Dona, khawatir.
Thalita menggeleng, lalu menjawab, "Gak sesering itu sih, paling seminggu dua kali."
Dona berpikir keras, dia berkata dengan dramatis, "Jangan-jangan itu pengagum rahasia lo."
Thalita mengedikan bahu, tak mau tahu. "Bodoamat," katanya acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Teen Fiction[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...