🟢Bab 29

695 43 1
                                    

Dua jam sebelumnya, Thalita pulang dengan kondisi murung dan wajahnya cukup pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua jam sebelumnya, Thalita pulang dengan kondisi murung dan wajahnya cukup pucat. Tak ada senyum sama sekali di bibir perempuan itu seperti biasanya.

"Tha, kamu dari mana?" Tari bertanya, dia cemas melihat kondisi Thalita yang matanya sembap.

Thalita tak menjawab, dia hanya memberi senyum sekilas sebagai jawaban. Lalu dia beranjak pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Tari semakin cemas, dia segera mengejar Thalita sembari terus bertanya tentang kondisinya.

"Tha, kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Tari untuk yang ke sekian kali.

Sampai di depan pintu kamar, Thalita berbalik dengan senyuman getirnya. "Maaf, Ma, aku lagi pengen sendiri," katanya dengan suara pelan.

Belum sempat Tari menjawab, Thalita masuk dan mengunci pintu dari dalam.

Tari berusaha untuk tidak menggangu meski khawatir. Hingga malam tiba, Tari kembali untuk memanggil Thalita makan malam. Beberapa kali mengetuk dan memanggil, tak satu pun dijawab oleh sang pemilik kamar.

Pikiran Tari melayang ke mana-mana, dia sampai memohon agar Thalita mau membuka pintu. "Tha, tolong buka pintunya, Sayang. Ayo makan, setidaknya jawab Mama, Nak," pinta Tari.

Suara derum motor Erwin terdengar di garasi, Tari segera turun tangga menuju pintu. Ketika Erwin masuk, Tari berlari kecil menghampirinya.

Dengan gusar Tari bertanya, "Erwin! Kamu ke mana aja?"

***

Di sisi lain, Thalita sedang duduk di depan meja riasnya. Ekspresi wajahnya benar-benar berubah, sesuai dengan riasan wajahnya.

Dress ketat selutut berwarna merah, rambut lurus dan riasan tebal, membuat tampilan Thalita tampak jauh lebih dewasa melebihi usianya.

Thalita memandang pantulan dirinya dengan tatapan angkuh sembari mengoleskan lipstik warna peach ke bibirnya.

Ketukan dan panggilan dari Erwin dan sang mertua sama sekali tak dihiraukannya. Thalita berdiri tegak, rahangnya menegas dengan angkuhnya.

Dia tak tahu mana yang benar dan yang salah saat ini, kesedihan dan amarahnya membuatnya memilih untuk melampiaskannya dengan cara ini.

'Brak!'

"Tha, apa-apaan ini?" Erwin memekik.

Thalita menoleh dengan santai, ekspresinya begitu dingin pada Erwin.

"Kamu mau ke mana?" tanya Tari kaget melihat penampilan Thalita yang cukup seksi.

Thalita berjalan menghampiri Erwin sembari meraih tas kecilnya.

Erwin tak bisa berkata-kata, dia merinding melihat tatapan tajam Thalita.

"Kenapa? Mau marah?" tanya Thalita ketika dia sampai di hadapan Erwin dengan jarak cukup dekat. Dia tertawa sinis mendapati Erwin yang bungkam. "Lo bilang gue apa tadi? Murahan? Gue akan wujudkan itu," lanjutnya dengan angkuh.

ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang