🟢Bab 26

684 44 0
                                    

"Erwin, gue adalah korban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Erwin, gue adalah korban."

Suara itu terus berulang hingga berdengung di telinga Erwin.

"Aarrghhhh!" Erwin histeris sembari menutup telinga. Entah kenapa suara Irwan begitu menyiksa telinganya.

"Erwin, dia yang jahat, bukan gue!" Irwan berkata lagi, membuat Erwin semakin tersiksa.

"Cukup!"

Erwin berteriak hingga terbangun dengan napas tersengal-sengal, serta keringat dingin bercucuran di kening dan pelipisnya.

Thalita yang tersentak juga ikut bangun. "Erwin? Lo kenapa?"

Thalita cemas, dia segera menangkup wajah Erwin serta menyema keringat yang membasahinya. Erwin belum sadar akan perlakuan Thalita, dia hanya fokus mengingat mimpinya barusan.

"It's okay, gak apa-apa, ada gue," bisik Thalita. Dia merapihkan rambut Erwin yang berantakan, seketika membuat cowok itu sadar dan langsung menatapnya.

Thalita merasa darahnya berdesir melihat tatapan teduh Erwin yang tak seperti biasa. Detak jantungnya terasa lebih cepat, apalagi wajah Erwin yang begitu dekat.

"I-Irwan," kata Erwin terbata-bata.

"Hah?" Thalita mengernyit bingung.

"Gue mimpi ketemu Irwan." Erwin berkata lirih sembari mengatur napasnya.

Degh!

Perasaan Thalita tiba-tiba tidak enak mendengar nama Irwan. Sekaligus dia sedih melihat duka di mata Erwin, cowok itu tampak ketakutan.

"Dia ketakutan, dia butuh pertolongan," lirih Erwin. Matanya berkaca-kaca memandang Thalita.

Thalita langsung memeluknya, berusaha menenangkan Erwin.

"Dia akan baik-baik aja, percaya sama gue," bisik Thalita sembari mengelus punggung Erwin lembut.

Beberapa saat berada di pelukan Thalita, Erwin mulai tenang. Rasa takut dan cemasnya perlahan sirna bersama kehangatan yang Thalita berikan.

"Tha," panggil Erwin lirih.

Perlahan dia melepas pelukannya, dia memandang mata Thalita dalam.

"Iya?" balas Thalita.

"Boleh gak, gue tidur di pangkuan lo?"

Thalita mematung beberapa saat. Tak pernah ia mengira Erwin meminta hal itu. Dia melihat mata Erwin yang sayu, lalu tersenyum sembari mengangguk.

ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang