🟢Bab 35

556 36 4
                                    

Selamat malam Jumat🥳

Yg baca minimal vote lah.. gak susah kok klik tombol bintang 🙂

Erwin kembali pulang setelah menghilang sekitar tiga jam dalam keadaan kacau, wajahnya pucat, rambutnya juga berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erwin kembali pulang setelah menghilang sekitar tiga jam dalam keadaan kacau, wajahnya pucat, rambutnya juga berantakan. Baru saja dia pergi ke dermaga yang sama untuk menenangkan diri. Ternyata salah, bukannya tenang, dia malah semakin gelisah.

Rumah sangat sepi ketika dia kembali, seperti kehilangan sesuatu yang besar. Erwin menghela napas berat, melangkah menuju tangga.

"Aku cuma mau Thalita kembali, aku gak peduli tentang kamu dengan perempuan itu!"

Suara Tari terdengar nyaring. Erwin celingukan mencari sumber suara, yang rupanya berasal dari kamar beliau.

Erwin menghampirinya, dia penasaran kenapa Tari marah-marah. Dia berdiri di depan pintu kamar yang tertutup.

Candra membalas, "Aku sudah berusaha--"

"Gak!" potong Tari, "kamu gak ada usaha sedikitpun! Kamu gak pernah peduli sama Thalita. Selama ini kamu cuma kerja terus-terusan, gak pernah nanyain kabar aku, Erwin ataupun Thalita. Kamu gak pernah peduli sama keluarga kamu!"

Suara isakan Tari terdengar penuh duka, membuat Erwin yang mendengarnya ikut merasakan sakitnya.

Tari melanjutkan, "Kamu lupa kalau Thalita juga keluarga kamu? Kamu lupa ada darah daging kamu dalam rahimnya? Kenapa seolah kamu gak peduli?"

Erwin langsung pergi ke kamarnya, dia tak tahan lagi mendengar pertengkaran orang tuanya. Apalagi penyebab semua ini adalah dirinya sendiri.

Erwin menutup pintu kamarnya dari dalam, dia bersandar di belakang pintu sembari menutup matanya rapat-rapat. Suara berisik Thalita terngiang di kepalanya. Suara ketika perempuan itu mengomelinya karena hal receh.

"Win! Jangan taruh handuk sembarangan!"

"Gue udah rapihin lemari, kenapa lo acak-acak lagi?"

"Siapa suruh balapan mulu?"

"Bagus kan sprai barunya? Warna kuning, cerah kayak gue."

Erwin kala itu menjawab, "Kayak Upin."

"Jangan pegang bunga matahari gue! Ini gue baru beli."

Erwin membuka mata, melihat vas di atas nakas yang berisi beberapa tangkai bunga matahari. Namun, fokusnya malah ke kotak di dekat vas.

ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang