Chapter 25

2.2K 211 51
                                    

Kourai memperhatikan dari belakang.

Pancaran kebahagiaan disekitarnya tak membuat Kourai ikut bahagia. Ia justru mengutuk.

Ketidakberdayaannya mencegah pernikahan ini.

Kenyataan bahwa Tobio sudah dimiliki orang lain.

Ini menyakitkan, sangat.

Padahal Kourai yang lebih dulu mengenalnya.

Kourai yang lebih dulu mencintainya.

Jika dapat diukur, perasaan Kourai jauh lebih dalam.

Ia sudah melakukan segala hal.

Dari kecil, jika Tobio butuh sesuatu Kourai lah lebih dulu menyiapkan untuknya.

Tobio orang yang acuh dari dulu, sikapnya tak jarang mengundang kekesalan orang lain.

Dan jika seseorang mulai mengganggu atau berencana menyakiti Tobio secara diam-diam.

Kourai akan melindunginya, mendatangi anak-anak yang berencana mengganggu Tobio.

Semua dilakukan untuk Tobio.

Bahkan kedatangannya, bisa sampai ke kota itu dan bertemu Tobio tidak lah mudah.

Mengurus bisnis yang diluar kemampuannya, tapi mengingat ia dapat menemui seseorang yang ia cintai, Kourai sanggupi.

Sebenarnya, bahkan keinginan Kourai melakukan bisnis ini cukup ditentang oleh sang ibu.

Mengingat dirinya adalah Omega.

Tapi Kourai memaksa.

Kourai berharap, ketika mereka bertemu kembali, Tobio dapat memahami perasaan Kourai.

Tobio dapat menyadari bagaimana Kourai mencintai dirinya.

Dari dulu.

Tapi hal lain yang ia dengar.

Sesuatu yang bahkan tidak pernah diperkirakan sebelumnya.

Bagaimana mungkin Tobio yang tidak pernah melirik dirinya pun, kini justru menaruh perhatian pada seorang Omega.

Kourai mengetahui mereka bahkan kenal belum lama.

Tapi kenapa?

Semakin lama Kourai perhatikan, Tobio sungguhan perhatian pada Omega tersebut.

Matanya terlihat terus tertuju pada Shoyo, sang Omega.

Kourai masih berusaha sebisanya untuk menarik perhatian Tobio kembali.

Namun semua usahanya sia-sia, tidak ada yang membuahkan hasil.

Kourai menatap pelaku, Shoyo yang kini digerubungi banyak orang.

Tampak bahagia.

Tentu saja dia bahagia, karena dia mendapatkan Tobio.

Sialan, Kourai benci ini.

Ia berpaling dan pergi semakin menjauh, namun ia masih di ruangan tersebut.

Sachirou mengikuti di belakang.

Ia masih berdiri di belakang Kourai yang tertunduk.

Sachirou memperhatikan tuannya. Tubuh mungilnya bergetar sambil menunduk.

Isakan mulai terdengar.

"Sachirou ...,"

Panggilan tersebut membuat pemilik nama merasa sakit.

Suara yang biasanya tegas, kini terdengar bergetar.

Sachirou tau, bahwa tuannya kini tengah menangis.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang