Chapter 44

1.3K 153 52
                                    

Hari terus berjalan. Bulan terus berganti. Kini semua berjalan pada jalannya sendiri.

Perasaan Shoyo sudah stabil, sama sekali tidak memikirkan mengenai kejadian yang terjadi beberapa bulan yang lalu.

Hubungannya dengan Tobio juga semakin membaik. Justru, lebih baik dari sebelumnya.

Mereka kini lebih terbuka untuk mengungkapkan apa keinginan masing-masing. Tidak saling diam, dan kini pun Tobio jauh lebih dapat mengekspresikan emosinya.

Dia sering memberikan perhatian lebih--- bahkan berlebihan kepada Shoyo.

Hal yang tak seharusnya pun ia khawatirkan. Ini melebihi ketika Shoyo hamil dulu.

Tobio juga sering bermanja padanya. Ketika pulang kerja, ia selalu datang ke kamar dan memeluk pinggang Shoyo sembari tiduran.

Berlangsung beberapa menit. Dan selama beberapa menit itu Shoyo akan mengusap kepala Tobio dengan lembut.

Prilaku Tobio layaknya anak kecil yang menginginkan kasih sayang.

Mungkin ibunya sendiri tak mendapati dirinya yang semanja ini.

"Kau lelah?"

Tobio masih bertengger dipinggang Shoyo tanpa terlihat pergerakan apapun. Menjawab pertanyaan Shoyo pun ia hanya menggumam kecil.

"Mau kubuatkan makan malam?"

Saat itu barulah Tobio mengangkat wajahnya, "Ayo makan diluar saja."

Tobio bangkit, kini ikut duduk disamping Shoyo.

"Kita selalu makan malam diluar, kapan kita harus menggunakan dapur sekarang?"

Kekhawatiran Tobio memang berlebihan, ia juga takut jika di dapur ada beberapa barang yang mungkin melukai Shoyo.

Tapi, sepertinya mengekang Shoyo juga akan membuatnya risih.

Memang benar, Tobio sering mengajak makan malam diluar. Selain menghabiskan waktu bersama juga agar Shoyo tidak perlu repot-repot.

"Aku akan masak dulu."

"Ayo lakukan berdua."

Mereka kini berada di dapur.

Dengan Tobio yang sibuk memotong bahan yang mereka perlukan.

Malam ini dengan menu yang sederhana mereka sepakat membuat miso soup untuk bersama.

Biasanya Natsu juga ikut membantu, namun malam itu ia sudah tertidur lebih cepat.

Tobio hanya membantu dalam memotong bahan yang digunakan, setelah selesai ia hanya duduk dan memperhatikan Shoyo yang mengatasi urusan kompor.

Matanya tak lepas dari menatap sosok Omega yang masih sibuk dengan masakannya.

Sekalipun ia tidak berencana mengalihkan pandangan.

Bahkan ketika Shoyo sudah selesai menghidangkan, matanya masih terpaku pada satu objek yang sangat indah bagi dirinya.

Shoyo sudah merasakan tatapan itu sedari tadi, namun ia mencoba menghiraukan.

Tetapi ketika ia memberikan soup tersebut pada Tobio, ia akhirnya mengangkat suara.

"Berhenti menatapku, itu mengerikan."

Shoyo duduk diseberang meja. Ia memberikan segelas air minum pada sang Alpha.

Masih merasa kesal, ia mendengus kecil, "Makanlah, kau menatapku seolah kau ingin memakanku."

"Itu memang benar."

Ah sial.

Shoyo salah. Ia justru memancing.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang