Chapter 38

1.6K 144 46
                                    

Satu minggu terlewatkan. Satu minggu pula Shoyo hanya mengurung diri di kamarnya.

Ia bahkan tak berbicara dengan siapapun. Bahkan Natsu sendiri teracuhkan.

Setiap kali Tobio mengantarkan makanan juga tak pernah tersentuh.

Shoyo hanya minum ketika ia lelah menangis.

Kantong mata yang semakin nampak, serta wajah yang tak henti lembab menjelaskan Shoyo bahkan tak tidur selama beberapa hari.

Ia hanya akan tidur ketika benar-benar lelah dan tertidur begitu saja.

Lalu saat bangun, ia akan kembali menangis.

Tobio memutuskan untuk tidak kemana pun selama satu minggu.

Ia ingin mrnjaga Shoyo untuk beberapa saat. Shoyo sangat rentan, dan pengawasan padanya perlu ditingkatkan.

Meskipun demikian, pekerjaannya masih tetap lanjut, namun ia bekerja dari rumah.

Untuk beberapa waktu sekali ia akan ke kamar dan mengecek Shoyo.

Itu terus berlangsung selama beberapa hari.

Namun, hari ini Tobio hanya sekali mengecek Shoyo ketika memberikan makan siang.

Mengingat proyek yang diluncurkan sangat membuat Tobio sibuk.

Ia harus menghubungi beberapa pihak untuk memberikan informasi atau memerintahkan sesuatu.

Sebenarnya sulit melakukannya dalam jarak jauh.

Tapi Tobio tidak bisa meninggalkan Shoyo, tidak lagi.

Jika ia kembali pergi, dan teringat bagaimana ia kehilangan calon bayi dan lecetnya Shoyo membuat Tobio lagi-lagi merasa bersalah.

Sangat bersalah.

Itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Tobio tidak akan membiarkan hal tersebut.

Untuk keesokan harinya sama.

Selanjutnya.

Dan seterusnya.

Tobio disibukkan oleh pekerjaan yang tak henti datang.

Ia bahkan tak sempat istirahat.

Bukan berarti tidak ada yang mengerti keadaannya, Atsumu dan Tooru sudah membantu banyak.

Namun, memang kali ini sangat sibuk.

Ia bahkan tertidur di sofa karena kelelahan akibat pekerjaannya.

Setidaknya, kesibukan ini membuat Tobio lupa bagaimana sakitnya mengingat sang bayi.

Namun, untuk satu hal, ia sangat salah menanggapi kesibukan ini.

Suara piring pecah terdengar dari arah lantai dua.

Tepatnya di kamar, yang mana Shoyo berada di dalam sana.

Tobio dengan tangkas berlari memeriksa keadaan.

Ia membuka pintu, dan menampilkan sosok Shoyo yang terengah-engah dengan piring makanan yang berserakan.

Keadaan kamar juga cukup berantakan. Bantal kemana mana dan apapun tidak lagi ditempatnya.

Apa ini efek samping ia terlalu larut oleh kesedihannya?

Shoyo tidak pernah menunjukkan emosinya sejak kejadian itu. Apakah sekarang semuanya meluap secara bersamaan?

"Shoyo ... Ada apa?"

Tobio menjaga nada suara selembut mungkin. Bahkan itu seperti bisikan yang hanya akan didengar oleh orang yang satu ruangan dengan mereka.

Shoyo yang masih dalam keadaan membelakangi pintu dengan menunduk, kini bergerak memutar.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang