Chapter 18

2.8K 245 69
                                    

"Menikah denganku, Shoyo."

"......."

Hah?

HAH!

Apa-apaan ini?

Tunggu tunggu, awalnya ini hanya makan malam biasa, kan?

Kenapa jadi tiba-tiba begini?

Sial, apa yang ada di kepala Tobio? Ini terlalu gila.

Apa-apaan bunga itu, lampu yang remang-remang ini.

Ci-Cincin itu ...

Sial!

Bajingan!

Ini sangat mendadak, ini terlalu mendadak.

Shoyo tidak bisa berpikir jernih.

Tobio sialan.

Alpha gila. Shoyo bisa gila.

Bukankah awalnya Tobio hanya ingin mengajaknya makan malam?

Yah, walaupun Shoyo sudah merasa aneh ketika mereka sampai di restoran mewah ini, Tobio langsung di datangi oleh sang pelayan dan mengarahkan mereka ke lantai tiga.

Awalnya pun Shoyo memang merasa aneh mengapa hanya ada mereka berdua di lantai tersebut.

Namun, tidak akan aneh lagi jika Tobio memang memesan tempat VIP. Itu kan hal mudah baginya.

Hanya saja, ruangan ini kesannya memang terlalu romantis jika hanya untuk makan malam biasa.

Tapi Shoyo tidak sampai terpikirkan hal yang lebih dari sekedar mencairkan suasana mereka yang begitu rusak sebelumnya.

Shoyo pikir Tobio hanya akan mengajaknya untuk berbicara satu sama lain.

Shoyo juga sudah lama ingin mengobrol bersama Tobio, karena belakangan ini dia tidak pernah mampir lagi.

Tapi suasananya langsung berubah ketika lampu tiba-tiba saja padam.

Lalu, perlahan lampu hias mulai menyala sepanjang bunga terpajang disudut ruangan.

Dan entah dari mana api lilin mulai menyala begitu saja.

Seolah semua sudah dipersiapkan.

Shoyo masih mencoba menetralisir matanya dengan pencahayaan yang redup itu.

Matanya berkeliaran melihat satu persatu lilin yang menyala, sampai akhirnya pria yang duduk di depannya kini sudah berjongkok di samping kursinya.

Dengan tangan yang terulur memegang kotak cincin.

Menghadap kepada Shoyo.

Ini tidak lebih dari sebuah lamaran.

Lalu,

"Menikah denganku, Shoyo."

Bagaimana mungkin Shoyo tidak membatu karenanya?

Apa dari awal ini tujuan Tobio sebenarnya?

Dia sengaja menyiapkan semua ini untuk hal seperti ini?

Seorang Tobio?

Shoyo menatap Tobio yang masih berjongkok di hadapannya.

Alpha itu terus mengadah menatap Shoyo.

Sorot mata yang begitu tegas dan yakin.

Warna biru tua itu seolah menyala tempat yang redup itu.

Menatap langsung kepada Shoyo tanpa ragu sedikitpun.

Justru, ada perasaan cemas yang tergambar dari wajahnya.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang