Chapter 13

2.5K 200 94
                                    

Shoyo terdiam di tempat, matanya tertuju pada satu orang yang duduk di meja paling sudut.

Bukannya tidak senang, hanya saja mengapa orang tersebut kembali menampakkan diri kehadapannya.

Apa dia belum puas akan yang terjadi sebelumnya?

Tidak, Shoyo tidak boleh emosional. Jika ia terlihat kesal itu berarti Shoyo melakukan apa yang diinginkan Omega tersebut.

Kourai, Shoyo tidak tau apa maunya sekarang.

Namun dari pada memikirkan apa tujuan orang sepertinya, akan lebih baik Shoyo fokus pada pekerjaannya.

Shoyo lega karena yang melayani Kourai adalah Tadashi, ia tidak perlu mendekat pada meja tersebut.

Setelah itu Shoyo terus melanjutkan tugasnya, melayani setiap pelanggan yang datang.

Ia sudah beberapa kali bolak balik ke dapur, dan sudah lebih dari lima orang yang masuk lebih lama dari Kourai namun sekarang sudah keluar lagi.

Jika dihitung sudah ada satu jam lebih ia duduk di dalam restoran.

Sedangkan yang dipesan hanya kentang goreng dan teh.

Apa maunya?

Shoyo hendak berbalik menuju ke dapur, namun sebuah suara justru memanggil namanya.

"Hinata Shoyo."

Suara tersebut dapat didengar oleh seluruh ruangan.

Memanggil, kah? Ini terdengar seperti menyeru padanya.

Shoyo sontak berbalik ke arah sumber suara, terlihat Kourai yang berdiri kini berjalan mendekatinya.

"Ya? Apa Anda punya keluhan?"

"Berhenti bersikap formal padaku."

Shoyo menjadi tak enak jika harus mengobrol santai di depan semua pelanggan.

Ia membawa Kourai menuju tempat lain, tepatnya luar restoran.

"Lalu, apa yang kau inginkan dariku?"

Tatapan mereka tentu saling tak mengenakkan.

Keduanya sama-sama bersitegang karena beberapa hal.

"Yang aku inginkan itu Tobio, apa itu belum jelas?"

Shoyo mengerenyit, orang ini datang hanya untuk mengatakan hal itu?

Apa dia seluang itu?

Bukankah proyek mereka masih berjalan?

Orang ini, mengesalkan sekali. Shoyo bukan Tobio yang begitu acuh, ia tak suka keadaan seperti ini.

"Lalu? Kenapa kau datang padaku? Tobio tidak disini sekarang."

Kourai mengangkat dagunya, satu telunjuk menekan dada Shoyo.

"Berhenti bertele-tele, aku peringatkan kau jauhi Tobio, kami sudah dijodohkan."

Kerutan di dahi Shoyo semakin bertambah, ia tidak tau kalimat yang diucapkan Kourai benar atau tidaknya.

Berjodoh, kah?

Terserah itu bukan urusannya, hanya saja perlakuan Kourai tak kurang membuat Shoyo merasa kesal.

"Ambil saja."

Shoyo menepis tangan Kourai yang menunjuknya, "Jika Tobio bersedia bersamamu, maka dia milikmu."

Kourai terdiam, ia menyimpan kedua tangannya di dalam saku jaket.

Mendengus memberikan sunggingan ejekan pada Shoyo, "Sudah kuduga, kau bahkan tidak mencintai Tobio. Perasaanku lebih tulus dari siapapun."

Shoyo berbalik, namun berhenti sebelum ia berjalan untuk masuk ke restoran.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang