Chapter 27

2.2K 197 59
                                    

Shoyo duduk di sofa dalam ruang tamu rumah Miwa.

Yachi, Yumi dan Natsu bersamanya.

Sebenarnya Shoyo kini tengah membujuk Natsu untuk kembali ke rumah.

Tapi untuk beberapa alasan, yang Shoyo sendiri tak tau mengapa, Natsu malah menolak.

Shoyo hanya merasa aneh mengapa adiknya tidak mau pulang.

"Kata bibi aku tidak boleh mengganggu waktu kakak bersama kak Tobio. Jika aku melakukannya kalian akan berpisah, jadi aku tidak mau pulang."

Sungguh, siapa yang mengajarkan ini padanya?

"Itu tidak akan terjadi, ayo pulang bersamaku."

Natsu menggeleng keras, ia berlari ke arah Yachi yang tengah menggendong Yumi.

"Natsu masih ingin bermain bersama Yumi."

Bagaimana Shoyo harus membujuk adiknya?

Kenapa Natsu bersikeras menolak? Shoyo bingung harus bagaimana.

Ia tidak ingin merepotkan Miwa lebih lama.

Bagaimana pun mereka juga harus mengurus Yumi, dan sekarang ditambah dengan Natsu.

Di tempat lain, Miwa dan Tobio kini berada di teras.

Tobio memperhatikan bagaimana Shoyo kini tengah berusaha mengajak Natsu untuk pulang.

"Kenapa buru-buru? Kau pikir cukup hanya dengan satu malam? Bahkan seminggu pun masih belum cukup untuk menggunakan lubang mereka."

Tobio beralih, ia melirik Miwa yang kini berada di sampingnya.

"Kau bisa keluar negeri lalu menghajar Shoyo habis-habisan."

Tobio mendengus, "Shoyo tidak mau."

Miwa mengambil cangkir kopi yang ia bikin sendiri.

Meneguk sekali, lalu menurunkan cangkirnya tanpa kembali menaruh ke meja.

"Keluar negeri?"

"Melakukannya."

Miwa mengerjap, "Seks?"

Tobio mengangguk.

Ia menatap adiknya cukup lama tanpa dibalas oleh sang adik.

"Semalam kau tidak melakukannya?"

"Tidak."

Melongo, ia bahkan tak sanggup berkata-kata lagi.

"Kau ... gila?" Hanya itu yang mampu keluar.

Mengingat, mereka sudah sah, dan siapa yang akan melewatkan malam pernikahan tanpa melakukan seks?

Padahal mereka terus melakukan sebelumnya, mengapa justru di waktu yang tepat malah melewatkannya?

"Karena kehamilannya."

Reaksi cengang Miwa berganti. Ia tersenyum tipis.

Ia paham.

Lagi pula Tobio memang seperti itu.

Ia keras kepala, disisi lain juga sangat menurut.

Senyum itu berubah menjadi senyuman usil. "Melakukannya ketika Omega hamil tak kalah nikmat, justru cukup menantang."

Tobio melirik Miwa kembali merasa tertarik, "Apa itu aman?"

"Lakukan saja pelan-pelan."

Sebenarnya Tobio berniat seperti itu, tapi ia tetap khawatir akan menyakiti kandungan Shoyo.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang