Chapter 24

2.3K 215 57
                                    

Shoyo mengepal erat kedua tangannya.

Jantungnya rasa ingin lepas. Shoyo bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya.

Matanya menatap lurus, kosong, pada pintu besar di depannya.

Walaupun hamparan orang ada dibalik pintu, tetap saja ini sangat membuatnya gugup.

Shoyo takut.

Ini langkah yang besar. Ia tidak dapat berbalik lagi.

Di depannya hanya ada pintu, lalu dibelakang hanya jurang yang dalam.

Pilihannnya hanya melangkah ke depan dan menghadapi segala rintangan di depan sana.

Sejauh ini Shoyo hidup sendirian, dan hidup dengan membesarkan Natsu sendirian.

Keadaan yang membuatnya tidak bisa bergantung pada orang tua.

Kini, ia juga akan melangkah ke tempat yang lebih luas.

Shoyo tidak tau apakah ia sanggup.

Berjalan di titian yang tipis ini. Melewati segala permasalahan hidup yang jauh lebih berat.

Shoyo hanya seorang Omega. Ia hanya sebagian kecil dari dunia.

Dan ...

Genggaman tangan yang terasa di tangan kanannya.

Tangan yang lebih besar, membuat perasaan kacau Shoyo sebelumnya menjadi melunak.

Perlahan cair.

Shoyo mengadah, menatap pria yang dulunya orang asing baginya.

Namun kini berbeda.

Hanya dengan tangannya.

Hanya dengan aromanya.

Kehadirannya.

Bahkan tatapan dari matanya yang tenang kepada Shoyo.

Membuat Shoyo merasa aman.

Shoyo menghela napas panjang, ia kembali menatap lurus ke depan.

Pintu itu terbuka, lalu semua orang berdiri menatap Shoyo dan Tobio yang berjalan di tengah-tengah.

Ini sungguhan langkah yang baru.

Setiap langkahnya menuju mimbar, seolah menyiratkan langkah kehidupan yang akan dilalui untuk kedepannya.

Pendeta menunggu, dengan anggota keluarga Kageyama diujung sana.

Upacara pernikahan, janji sakral dengan ritual yang mengikat kedua insan tersebut.

Itu hanya berjalan sebentar, setelah pendeta menyatakan mereka sudah resmi menjadi pasangan hidup.

Shoyo dapat mendengar suara Tobio dari sisi kanannya.

"Shoyo,"

Ia sontak memutar kepalanya, tepat saat matanya dapat menangkap wajah Tobio, itu bahkan sudah sangat dekat dengan wajahnya.

Kedua bibir mereka menyatu.

Ciuman didapatkan.

Awalnya Shoyo dapat menerima ciuman tersebut, tapi lama kelamaan Tobio memperdalam tautan.

Tobio menekan kepala Shoyo, agar ia dapat semakin dalam menelusuri mulut Omeganya.

Shoyo kesulitan, ia mendorong Tobio dan melepaskan bibir mereka.

Terengah-engah.

Awalnya mereka dapat mendengar suara tepukan, setelah keadaan Shoyo yang kewalahan akibat ulah Tobio, suara tepukan berhenti menjadi keributan.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang