Chapter 42

2.6K 193 78
                                    

Setelah Tobio dan Shoyo memutuskan untuk kembali bersama.

Di malam hari itu juga mereka berdua pergi menuju kediaman Shoyo yang lama.

Menemui Tadashi.

Tentunya memberi kabar perihal mereka yang sudah berbaikan dan kembali tinggal bersama.

Tadashi jelas sangat bersyukur, badai yang menetap dihati Shoyo sudah reda.

Kondisi menjadi stabil seperti semula.

Justru, jauh lebih baik.

Mereka kembali bersama, ini merupakan kabar paling baik yang pernah ada.

Setelah berbincang sejenak bersama Tadashi, Shoyo mengucapkan terimakasih atas keramahan yang diberikan oleh temannya itu.

Keegoisan yang mungkin saja merepotkan Tadashi selama ini berada disana.

Karena dari awal Shoyo tak membawa barang, maka untuk kembali ke kediaman barunya Shoyo juga tak membawa apapun.

Perlahan semua kembali berjalan seperti yang seharusnya.

Keesokan hari, mereka setuju menjemput Natsu untuk kembali kepada mereka.

Shoyo menyempatkan untuk meminta maaf kepada Miwa maupun Yachi.

Karena keegoisannya sendiri, Shoyo jadi merepotkan banyak orang dengan harus menjaga Natsu.

Miwa dan Yachi tak mengesahkan sama sekali, mereka sedikit kurangnya mengerti akan kehancuran yang dirasakan oleh Shoyo setelah kehilangan bayinya.

Terlebih Yachi, jika merasakan sendiri diposisi itu, mungkin ia akan berpikiran untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga.

Tapi Shoyo kuat. Bertahan dengan segala kondisi yang ada.

Terlebih, Kourai yang masuk dengan segala kekacauan yang dibuatnya.

Yachi menyempatkan diri memeluk Shoyo dengan lembut, mengucapkan beberapa kalimat penyemangat untuk Shoyo.

Membalasnya, Shoyo hanya tersenyum.

Saat itu, Natsu masih belum ingin bertemu Shoyo langsung.

Ia menyudut sendirian membelakangi mereka semua.

Shoyo bergerak menghampiri, ia sendiri bahkan ragu.

Meskipun Natsu adiknya, tapi Shoyo tetap lah pihak yang salah kali ini.

"Na-Natsu ...,"

Tidak ada respon dari sang adik, ia masih membelakangi Shoyo.

Shoyo merendahkan tubuhnya, menumpu badan menggunakan lutut.

Dengan posisi seperti itu ia menjadi sedikit mengadah kepada Natsu.

"Maaf."

Shoyo berbisik rendah, ia menunduk dan memikirkan kalimat seperti apa yang tepat digunakan pada Natsu kali ini?

Natsu kecil yang ia kenal dulu, hanya dengan sebuah permen bisa membujuknya. Namun kini, Shoyo bahkan kebingungan menggunakan kata kata untuk berbicara pada sang adik.

"Salahku, aku menelantarkanmu. Aku egois, tidak memikirkan perasaan Natsu. Aku ... Aku kehilangan akal hingga aku meninggalkan adikku sendiri. Aku sangat buruk---

Dorongan dari tubuh Natsu terasa menghantam tubuh Shoyo.

Natsu melingkarkan tangannya pada leher sang kakak. Pelukannya begitu erat.

Pelukan rindu dan syukur yang menyatu.

Meskipun Natsu masih merasa jengkel akan beberapa hal, tapi seumur hidupnya ia tidak akan sanggup membuat Shoyo merasa tersakiti olehnya.

Be Mine, ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang