Part 20

230 34 7
                                    

Dalam pangkuan kursi roda, Loila melamun menatap luar dari balik jendela lantai dua. Sudah tiga hari lamanya, Aciel tak menampakkan batang hidungnya di hadapan Loila. Memang tenang, tapi malah terasa membosankan.

Tapi tiba-tiba empat mobil hitam memasuki gerbang, terlihat Aciel keluar memimpin jalan diikuti oleh banyak orang serta di antara mereka, beberapa orang yang terluka dan ditarik paksa.

"Yusa ada apa itu?" tanya Loila melirik Yusa yang berdiri di sampingnya.

"Saya juga tidak tahu, Nona. Anda mau saya mencari tahu? Saya akan mencari informasi di antara pelayan yang hobi bergosip."

"Pergilah."

"Saya akan segera kembali."

Loila menunggu, rasa ingin tahunya semakin besar. Entahlah, tinggal di mansion ini semakin lama semakin membuat dia penasaran dengan Aciel dan apa pun yang bersangkutan dengan pria itu.

Satu jam, kenapa Yusa belum kembali juga? Loila jenuh, berinisiatif menggerakkan roda kursi keluar dari kamar. Lalu dia meringis sakit padahal baru saja berhasil melewati pintu. Oh, iya, tangan dan bahunya memiliki cidera yang paling parah.

Loila melakukan kesalahan, akhirnya dia menangis sendiri, menggigit bibir untuk mengecilkan suaranya. Dia menundukkan kepala, pundaknya turun naik menunjukkan bertapa deras air matanya.

"Kenapa menangis?"

Loila mendongak mendengar suara itu, suara milik Aciel.

"Sakit," adu Loila lirih.

"Kamu menggerakkan kursi roda?" tebak Aciel, pun Loila mengangguk.

Aciel mendorong kursi roda Loila kembali masuk ke kamar, setelah itu dia mengangkat tubuh Loila duduk di ranjang. Aciel menghempas diri di sofa, menatap Loila yang tengah membuang muka darinya.

"Yusa mana? Kenapa dia tidak bersamamu?"

"Tadi aku suruh cari sesuatu."

"Terus kenapa kamu mau keluar sendiri?"

"Tidak ada apa-apa."

Tidak mungkin Loila Jujur, dia akan malu nanti. Atau Aciel akan risi? Salah paham? Loila sendiri tidak tahu kenapa dia begitu penasaran dengan urusan Aciel.

"Maaf," tutur Aciel tiba-tiba.

Loila menoleh, mengernyit tidak paham. "Maaf untuk apa?"

"Aku salah menangkapmu. Jika kamu mau pulang aku akan antarkan, atau mau menunggu sampai sembuh dulu?"

"Ma-maksudmu apa?"

"Sebagian anggota kelompok perdagangan manusia telah tertangkap. Aku rasa aku tidak membutuhkan anak yang baru ingin masuk kelompok sepertimu."

Loila meremas selimut, ia rasanya ingin marah. Apa benar dia detektif? Kenapa sampai sekarang dia belum menemukan indentitas Loila? Terlebih melepas Loila begitu saja padahal seharusnya profesional akan mencari identitas orang yang ia sandera.

"Kamu benaran tidak tahu siapa aku?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak ingin tahu tentang kamu, Sasa." Dia tertawa kecil.

Dasar aneh! Apa yang dipikirkan detektif ini? Sakit hati Loila olehnya. Di saat Loila begitu penasaran padanya, dia malah tidak ingin tahu tentang Loila.

"Aku sandera yang kamu tangkap. Kamu ini aneh!"

"Aku tahu Sasa adalah nama palsu, untuk apa aku susah-susah mencari tahu? Lagian sepertinya aku tidak bisa menginterogasi kamu, jadi buat apa?"

Lentera MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang