Malam tanpa tidur sudah biasa bagi Aciel. Terkadang otaknya tak ingin berhenti berpikir, mengakibatkan sakit kepala bagai ribuan jarum menusuk. Obat tidur sudah biasa ia konsumsi, padahal dokter menyarankan itu tidak bagus untuk Aciel.
Kala sepi dalam gelap, ia membuka jendela kamar, angin malam nan dingin malah terasa menyegarkan. Apa yang membuat Aciel seperti ini? Ia pikir dia tidak tahu cara menikmati hidupnya, dan memang benar. Maka dari itu dia begitu tergila-gila pada Loila, gadis yang pernah membuat dia menikmati hari dan bermimpi.
Sampai pagi datang dia duduk di jendela, terasa lelah tapi tidak terasa mengantuk. Suara tawa perempuan menarik perhatiannya. Seorang pelayan mendorong kursi roda wanita cantik yang pagi ini wajahnya tampah lebih bahagia.
Mereka menuju lahan bunga yang telah kering dan layu. Di pangkuan Loila ada sebatang bunga matahari yang kelopaknya sudah tidak ada lagi, itu adalah bunga pemberian Aciel di rumah sakit
Aciel mendengarkan perbincangan mereka.
"Kayaknya aku sudah bisa jalan." Loila hendak menurunkan satu kaki, namun langsung dicegah oleh Yusa.
"Jangan dulu, Nona."
"Tapi jahitannya sudah kering, sampai kapan aku seperti ini? Merepotkan, aku tidak bisa bergerak bebas padahal A sudah membebaskan aku."
"Aduh, tunggu bekasnya menghilang saja. Biar aman."
"Jangan nekat, Sasa." Aciel menyahut dari jendela lantai atas.
Sontak Yusa dan Loila berbalik, mendongak. Aciel melompat turun, lantai dua bukan hambatan bagi dia. Mendekati mereka, lalu ia rebut bunga matahari di pangkuan Loila.
"Kenapa membawa bunga kering ini?" tanyanya.
"Mau ditanam. Kamu suka bunga matahari, akan aku buatkan kebun bunga matahari di sini."
Aciel berpikir sebentar, lalu ia menoleh ke tanah halaman yang bunganya telah banyak mati sebab tidak ada yang merawat.
Bunga matahari, ya? Bagus juga.
Tiba-tiba Aciel menurunkan Loila dari kursi, dan duduki di atas tanah langsung. Yusa dan Loila sontak bingung.
"Ayo tanam. Aku yang akan mencabut tanaman tidak berguna di sini," tutur Aciel.
Loila dan Yusa saling melempar senyum. Mulailah mereka bekerja. Loila mengubur biji satu per satu di lahan yang telah dibersihkan Aciel. Tidak peduli gaun merah mudanya kotor, Loila terus mengesot dibantu oleh Yusa.
"Aku juga mau tanam." Berjongkok menadah tangan pada Loila, dia sudah siap menyingkirkan pengganggu calon kebun bunga mataharinya.
"Lihat aku dulu sebelum kamu menanam."
"Iya."
Bukan tangan Loila yang tengah bekerja, dia malah menatap lekat wajah Loila yang berkeringat di bagian leher dan jidat. Tangan Aciel terulur, mengelap dahi Loila dengan tangan kotornya. Lalu dia terkejut, wajah Loila jadi kotor.
"Apa yang kamu lakukan!" Loila marah, sangat terasa gesekan tanah di jidatnya ketika Aciel mengelap tadi.
Tertawa, Aciel mundur menghindari ayunan tangan Loila yang memukul. Ide jahil timbul, dia semakin membuat Loila kotor oleh tanah.
Suara tawa Aciel begitu keras, ia sampai memegang perutnya sendiri. Loila yang melihat Aciel tertawa ikut tertawa, emosinya reda begitu saja.
Mereka tidak tahu ada orang-orang yang mengintai di jendela lantai satu dan dua. Mereka mengulum senyum, pemandangan manis yang tidak mereka kira akan terjadi melihat majikan mereka tertawa lepas. Ini sangat langka. Mereka iri pada Yusa yang bisa melihat dengan jarak sangat dekat.
"Itu A?" tanya anggota Ben.
"Siapa lagi kalau bukan dia?" jawab Ben, dia ikut bahagia.
***
Malam tanpa tidur sudah biasa bagi Aciel. Terkadang otaknya tak ingin berhenti berpikir, mengakibatkan sakit kepala bagai ribuan jarum menusuk. Obat tidur sudah biasa ia konsumsi, padahal dokter menyarankan itu tidak bagus untuk Aciel.
Kala sepi dalam gelap, malam ini dia tidur dengan nyenyak. Ia pikir dia tidak tahu cara menikmati hidupnya, dan memang benar. Tapi siang hari ini begitu menyenangkan.
Terlelap, otak Aciel istirahat dengan benar. Tidak ada hal yang ingin ia pikirkan, setidaknya untuk saat ini.
Mulai hari itu, Loila bagai teman bagi Aciel. Sering menggoda Loila, bagai buaya bermulut manis. Kalau ia pulang kerja, ia akan membeli sesuatu sebagai buah tangan, sesuatu yang cocok untuk Loila. Gaun, sepatu, tas, perhiasan, semua sesuai dengan gaya gadis itu.
"A! Hari ini kamu bawa apa?" Dia bicara sambil berlari menuruni anak tangga. Ya, kakinya sudah sembuh. Setiap hari dia dengan semangat menyambut kepulangan Aciel.
"Jangan lari-lari, nanti jatuh."
"Ini untukku, 'kan?" Mengabaikan Aciel, Loila merebut paper bag dari tangan Aciel. "Kalung kerang?"
"Aku pikir kamu suka."
"Aku suka!"
Loila langsung memakai kalung dari susunan cangkang kerang yang tidak pernah Loila lihat sebelumnya. Berwarna lilac, biru muda, dan putih pudar, kalung itu sangat cantik. Terlebih Loila yang pakai, tinggal memakai kostum mermaid, dia akan menjadi perburuan di laut.
Melupakan perjanjian, sepertinya Loila tidak ingin pergi dari rumah ini walau sudah sembuh. Rumah yang terlalu nyaman dan aman bagi Loila yang tengah dicari oleh keluarga angkat. Pun sepertinya Aciel tidak ada menyinggung tentang apakah Loila ingin pergi.
"Hari ini aku yang masak, loh," tutur Loila.
"Kamu bisa masak?"
"Bisa, dari kecil aku sudah bisa masak."
"Waw."
"Ayo coba."
Langsung Loila menarik tangan Aciel, menyuruhnya duduk sementara Loila sibuk memasukkan ini itu ke dalam piring yang telah berada di depan Aciel.
"Telur dadar dan sambal?" Mengernyit, ia pikir masakan istimewa yang dimasak, ternyata biasa saja.
"Hehe ini yang cepat, karena aku baru kepikiran, tapi kamu akan segera sampai tadi."
Baiklah, ia hargai inisiatif Loila. Baru sesuap ia telan, Aciel terdim. Rasa yang tidak asing di lidahnya, rasa masakan yang paling sering ia makan dulu, telur dadar. Teringat tentang Bibi Mety yang sering memberi telur ke rumah, membuat masakan telur dadar tidak pernah absen dari meja makan oleh Loila.
"Kenapa?" Loila bertanya pada Aciel yang terdiam.
"Benar ini telur dadar buatanmu?"
"Iya. Ada yang aneh?"
"Tidak. Tapi ini sangat enak, terima kasih."
Berbinar senang. "Kamu suka?"
"Sangat."
"Aku akan buatkan lagi besok."
"Iya." Aciel tersenyum tipis, ternyata telur dadar sangat spesial, Aciel salah mengira tadi. Sekarang ia sadar, telur dadar adalah menu kenangan dan penting dalam hidupnya.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Malam
Teen FictionBermula dari pertemuan ketika kecil berinteraksi manis, tumbuh dewasa saling tidak mengenal. Dalam gelap Aciel meraba mencari lentera untuk menerangi hidupnya, namun Loila sebagai lentera itu memadamkan apinya. Bagaimana kisah mereka? Yuk, langsun...