Part 16

212 41 7
                                    

Setelah menimbang ragu puluhan  menit, Dessy memutuskan untuk mengintip gadis seperti apa di dalam sana? Baru menyentuh knop pintu, ia lihat Aciel diujung koridor akan berbelok. Dia melihat Dessy hendak membuka pintu.

"Dessy," tegur Aciel.

Dessy menjauh dari pintu, melangkah mundur lalu tersenyum canggung menyambut Aciel yang telah berada di depan. "A-aku boleh masuk ke dalam?"

"Tidak boleh. Lebih baik kamu pulang."

"Baiklah aku tidak akan masuk ke kamar ini, tapi boleh aku menginap di salah satu kamar? Tante Raina ada di rumahku, kamu tahu 'kan dia selalu menuntut aku menggoda kamu. Dia yang menyuruh aku ke sini, jika aku tidak menginap dia akan marah padaku, atau merengek padamu," jelas Dessy.

Aciel berdecak malas, mengabaikan Dessy lantas masuk ke dalam dan langsung menutup pintu. Dessy yang malang, dia menyukai Aciel sayangnya Aciel tidak. Kapan saja pria itu bisa membuang dirinya, telunjuk Raina tidak begitu penting bagi Aciel. Bahkan Aciel tidak pernah memberikan uang pada keluarga tiri,  atau bahkan Raina sendiri.

"Mau sampai kapan seperti ini? Sudah lama bertunangan tapi tidak ada kepastian ke jenjang pernikahan," keluh Dessy.

Sementara Aciel di dalam duduk di sofa menyilangkan kaki bergaya gagah, membiarkan Loila bersembunyi dalam lemari. Rambut gadis itu keluar sebagian, pun sangat jelas. Baiklah, kita lihat seberapa lama ia akan bertahan.

Tiga menit berikutnya suara ketukan pintu terdengar. "Masuk," sahut Aciel.

Pelayan datang membawa makan siang, menyusun rapi di meja di hadapan Aciel. Setelah selesai pelayan pergi.

Barulah Aciel berdiri, mendekati lemari lantas membukanya lebar. Terlihat punggung Loila yang tersentak kaget, gadis itu enggan berbalik, memilih untuk diam meringkuk walau sudah ketahuan.

"Mau sampai jadi tikus di situ? Cepat keluar dan makanlah," titahnya.

Tiba-tiba aroma enak tercium oleh Loila, makanan berempah yang rasanya sangat Loila rindukan. Bayangkan saja, selama di sel dia memakan makanan yang hambar dan dingin. Sangat menyiksa.

"Akan akan makan, tapi kamu keluar." Loila memberi penawaran seolah jika dia tidak makan maka itu masalah bagi Aciel.

Namun Aciel tertawa. "Jangan menganggap dirimu spesial sebab aku memperlakukan kamu berbeda. Jika kamu tidak mau makan ya sudah, aku tidak peduli."

Aciel pergi, sialnya malah membawa piring yang tadi di bawa oleh pelayan kembali ke dapur. Ketika Loila keluar dari lemari, meja sudah kosong. Yang tertinggal hanya aroma sedap yang masih terkurung dalam ruangan.

"Aku lapar," gumam Loila menatap pintu yang telah membiarkan makanan enak itu pergi.

Dia bersandar di sofa, matanya memindai ruangan sampai mendadak dia berdiri--menemukan kaca mata hitam di atas lemari tempat ia bersembunyi tadi.

Dengan percaya diri ia memakai kaca mata, senang sebab warna mata tersamarkan. Senyum terbit, dia bisa berhadapan dengan detektif tanpa perlu memejamkan mata. Lantas Loila berlari membuka pintu, dia menoleh ke sana ke mari mulai bingung dengan banyaknya gang di koridor.

"Aduh! Ini di mana?" Langkah Loila berhenti, menghembus napas berat hendak betbalik arah.

Rumah ini dibuat seperti labirin, menyesatkan siapa pun pendatang baru. Dengan niat balik ke kamar pun, Loila sudah tidak tahu jalannya. Ia lupa, belokkan mana saja yang ia lalui.

Terus berjalan, Loila menemukan tangga yang ia ingat itu adalah tangga tembus menuju penjara bawah tanah. Seketika merinding, teringat akan teriakan di bawah sana.

Kembali lagi berputar arah, sampai Loila menyerah dan hampir menangis. Ia duduk di meja dekat samping guci, menunggu siapa pun yang lewat untuk membantunya mencari jalan.

Tak terasa waktu sudah malam, Loila masih setia menunggu walau cacing perut tengah demo--dia belum makan hari ini.

"Ternyata kamu di sini."

Loila sontak menoleh, langsung turun dan menghampiri Aciel. Lantas Loila menunduk malu, sebab tatapan Aciel seakan menelanjangi.

"Aku tersesat, sejak siang menunggu orang lewat di sini."

"Pantas saja kamu enggak ada di kamar. Dan ... apa-apaan kaca mata hitam itu? Ini sudah malam, Sasa. Apa tidak gelap?"

Loila menggeleng. Dari pada itu ada yang lebih penting. "Aku lapar."

Aciel mengangkat tangan, melihat jam telah memasuki jam makan malam. Jelas saja gadisi ini lapar, dia tidak makan seharian. Tanpa basa-basi Aciel menarik tangan Loila, memimpin jalan menuju meja makan di lantai satu.

Para pelayan curi-curi pandang, merasa aneh melihat majikan mereka berjalan beriringan dengan gadis berkacamata hitam, terlebih memakai kaus oblong Aciel yang menjuntai sampai paha di Loila.

"Duduklah." Aciel menarik kursi di sampingnya, mempersilahkan Loila duduk di tempat yang tidak pernah ditempati siapa pun.

Ben, Dessy. Mereka berdua tenganga akan perlakuan manis Aciel bak pengantin baru yang habis malam pertama.

"Ada apa?" tanya Aciel pada dua manusia yang bereaksi terkejut.

Serentak mereka menjawab, "Tidak ada apa-apa." Melanjutkan makan malam yang terhenti sebab menunggu Aciel menjemput Loila.

Di lingkaran meja makan ini, hanya Dessy yang tidak ia pernah lihat. Ia menerka Dessy adalah kekasih Ben, melihat posisi mereka yang Ben di tengah antara Dessy dan Aciel.

"Hai, siapa namamu?" sapa Dessy tiba-tiba.

"Sasa."

"Rambutmu bagus. Oh, iya. Kenapa pakai kacamata?" Tersenyum tipis.

"Ma-mataku tidak bisa menerima cahaya terlalu banyak."

Aciel melirik. Benarkah? Batinnya. Pertama kali datang tidak seperti itu, apa yang gadis itu sembunyikan di matanya?

"Oh, begitu. Aku Dessy, kalau mau kita bisa berteman baik."

"Ah? Eng ... iya." Loila canggung.

"Dia ingin makan, berhenti mengajak dia bicara," tutur Aciel, sebab menyadari Loila yang tidak jadi menyuap oleh pertanyaan Dessy.

"Ah, iya. Maafkan aku." Dessy masih dengan senyumnya.

Setelah itu tidak ada suara selain dentingan sendok dan suara kunyahan. Makan bersama orang asing membuat Loila tidak leluasa, dia memakan pelan serta tidak merasa cukup dengan porsi malu-malunya.

"Sudah selesai?" Tanya Aciel, Loila hanya mengangguk.

Kemudian berdiri mengikuti langkah Aciel yang akan mengantar Loila kembali ke kamarnya.

Bersambung....


















Lentera MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang