Prolog : Hael Theron

92.1K 4.4K 118
                                    

"Kata-kata terakhir?"

Pria berumur 55 tahun itu meneguk ludah kasar dengan ekspresi ketakutan kental di wajahnya ketika sebuah pedang berlumur darah akhirnya sampai pada lehernya.

"K-kenapa kau melakukan ini?" tanyanya terbata.

Pemilik pedang itu mengukir senyum miring, sebagian wajahnya tertutup oleh topeng hitam yang sengaja digunakan setiap kali dia menghadapi lawan.

"Menjadikan tanahmu sebagai tanahku, menjadi satu dalam Kekaisaran Haeresi. Kekaisaran besar milikku." Ujarnya lalu menggorok leher pria itu hingga putus.

Hael Theron terkekeh samar lalu menyimpan pedangnya kembali ke dalam selongsong pedang. Lalu ia mengambil mahkota milik pria yang kepalanya telah terpisah dari tubuh dan menempatkannya ke atas kepala.

"Tidak boleh ada Kerajaan dalam Kekaisaranku, semua wilayah yang kutundukkan secara resmi menjadi milik Haeresi." Suara bariton Hael menggelegar di aula istana, ia memandang lurus ke arah tumpukan jasad di ruangan itu lalu memanggil orang kepercayaannya.

"Kaylas!"

"Ya, Yang Mulia?" Kaylas datang dengan langkah pincang, "apa tugas saya berikutnya?"

"Umumkan kepada masyarakat wilayah ini mengenai pemimpin baru mereka, Kaisar Hael Theron." Seringai kecil menghiasi bibir tipis merah alami milik Hael, pria berumur 28 tahun itu tengah menikmati kemenangannya yang kesekian usai menundukkan wilayah Orpheus dan kini berhasil merebut Aves.

Kaylas mengangguk, meletakkan satu tangannya menyilang di dada lalu membungkuk. "Akan saya laksanakan perintah anda sekarang juga, Yang Mulia."

"HAHAHAHAHAHA!" Hael tertawa. Membuat Kaylas dan seorang lagi yang berada disana merinding.

"Yang Mulia, jangan bersenang-senang dulu." Porpheus, orang kepercayaan Hael setelah Kaylas mengingatkan bahwa tujuan Hael belum sepenuhnya tercapai. "Masih ada lima Kerajaan lagi yang perlu anda tundukkan."

Hael menghentikan tawa. "Aku tahu," raut wajahnya langsung berubah dingin dan serius. "Tapi, aku akan pulang terlebih dahulu. Aku merindukan Eliza."

"Oh... saya kira anda akan mengatakan bahwa anda rindu pada istri kecil nan menggemaskan yang anda nikahi tiga tahun lalu," kekeh Porpheus.

"Aku... sudah menikah?" kening Hael berkerut dibalik topeng yang menutup setengah wajahnya dari dahi ke hidung.

Porpheus tergelak. "Anda melupakannya? Ckckck... malang sekali nasib gadis itu. Tentu saja anda lupa, anda langsung pergi menaklukkan banyak wilayah satu jam setelah mengucapkan sumpah pernikahan."

"Porpheus jika masih ingin bicara besok, tutup mulutmu." Desis Hael.

Sontak perkataan itu membuat Porpheus bungkam dalam sekejap dan tersenyum kaku. "Jangan cemas, Yang Mulia. Kepulangan anda akan segera saya persiapkan."

***

Love letter for us :
Hi, Dear... My baby...
Welcome 💗
Kamu bisa panggil aku mom/mommy/nama atau apapun karena aku mertua onlen kalian rawrrr😻💌

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang