25. One Of Million.

21.3K 2.1K 118
                                    

"Bisa temani aku pesan makanannya? Aku belum pernah makan di tempat mahal begini."

"Tinggal pesan. Apa susahnya? Aku tunggu di tempat duduk."

Gadis kikuk itu berjalan ke meja kasir, dengan bingung dia menatap menu promo yang tertera pada bagian atas. Ada beberapa layar kecil yang menampilkan banyak menu. Matanya menyipit, kesulitan membaca karena punya riwayat rabun jauh.

Dan lihatlah pemuda yang duduk disana, memainkan ponselnya acuh padahal dirinyalah yang membawa gadis itu ke sini bahkan gadis itu juga yang membayar segalanya dengan uang hasil bekerja yang sebagian ia sisipkan dan sebagiannya lagi diberikan pada keluarga.

"Ingin pesan apa?" wanita berseragam gambar ayam itu bertanya, membuat si gadis bingung lalu dia memilih menu yang harganya lumayan mahal.

"Itu?"

"Ya, dua porsi." Katanya dengan nada kikuk yang sama.

Selang beberapa waktu pesanan mereka siap. Laki-laki itu memasukan ponselnya ke dalam saku dan mendekat untuk membawakan makanan ke lantai atas tempat mereka akan makan sambil menikmati pemandangan.

Gadis itu tersenyum, berjalan di belakang karena tidak biasa berada di depan seseorang meski catatannya mereka adalah pasangan kekasih.

"Kau beli semua ini?" pemuda itu nampak menghela nafas kasar. "Semahal ini?" padahal bukan dia yang membayar tapi dia menjadi orang pertama yang protes.

"Kentang goreng big size? Yang regular sama saja padahal, hanya beda wadahnya saja. Kau kena teknik marketing." Komentarnya lagi-lagi.

"Aku kan tidak tahu." Gadis itu tersenyum getir, hatinya sakit tapi dia tahan. Pesan sendiri, bayar sendiri, makanan yang dibeli pun masih dikomentari.

Setelah makan pun pemuda itu sibuk dengan ponselnya, memainkan sebuah game padahal dirinya yang paling menggebu-gebu ingin bertemu di akhir pekan.






Ya, sebagian besar perempuan tidak mempermasalahkan jika mereka yang membayar segalanya namun bisakah mereka dihargai sedikit saja?

Penggalan kisah diatas adalah Aru di kehidupan lamanya. Aru yang menyedihkan.

Para lelaki cenderung mengatakan bahwa sifat 'introvert' yang dimilikinya menjadi masalah tanpa memikirkan bahwa si gadis juga memiliki masalah serupa tetapi demi dirinya gadis itu menahan segala perasaan tak nyaman setiap kali bicara dengan orang lain saat memesan menu sendirian.

Gadis itu sudah jauh-jauh menempuh perjalanan untuk bertemu dan saat sudah bertemu lelaki itu malah sibuk dengan ponselnya.

Hal-hal sesederhana ini yang sering kali membuat logika seseorang mulai berjalan, mengambil satu langkah di depan hati dan mulai mengkoreksi mana orang yang tahu diri dan mana orang yang tak tahu diri lalu membuangnya di belakang.

Ketika lelaki itu dibuang, dia tidak akan terima dan mengatasnamakan meskipun dirinya cuek tetapi setia. Apakah itu merupakan alasan yang masuk akal?

Itulah sebabnya sering kali meski sudah memiliki pasangan, kau merasa iri ketika melihat pasangan lain. Aru juga begitu, dia tidak pernah mendapat kisah cinta yang indah di kehidupan sebelumnya dan skeptis akan cinta di kehidupan ini. Aru tidak ingin memikirkannya lagi karena setiap kali dia berada dalam lingkaran cinta, dia akan menjadi satu-satunya orang yang berkorban dan dirugikan.

"Tai!" umpatnya seraya mengusap air mata di pipi, dia menangis sedikit ketika mengingat perjuangannya terhadap cinta yang selalu berakhir sia-sia.

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang