Aru menghela nafas kasar, ia duduk di kursi yang berada tepat di samping ranjang tempat dimana Hael terbaring tak sadarkan diri sejak pagi tadi. Yang pada kenyataannya pria itu hanya pura-pura supaya Aru tidak jadi pergi. Lagipula kemana gadis kecil berumur 16 tahun itu akan pergi?
Selang beberapa detik, Hael memutuskan untuk membuka mata seolah dirinya baru sadar dari pingsan berjam-jam lalu langsung menolehkan kepalanya menatap Aru.
"Apa?" gadis itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi juteknya.
"Haus, mau air." Ucap Hael berlagak seperti bocah sepuluh tahun sedang sakit demam.
"Tuan, maaf. Tapi, kapan kau sembuh?" tanya Aru seraya mengulurkan segelas air pada pria itu dan langsung diminum hingga habis.
"Bukankah kau yang menolongku dan membawaku ke sini? Maka sudah menjadi tanggung jawab dan kewajibanmu merawatku sampai sembuh." Ujar Hael menjawab angkuh.
Rahang Aru terasa ingin jatuh ke lantai seketika usai mendengar ujaran pria yang diselamatkannya. Bagaimana bisa merawatnya sampai sembuh adalah tanggung jawab Aru? Dia gila.
"Tuan--"
"Uhukk!" Hael sengaja terbatuk tiba-tiba ditengah kegiatan minumnya sehingga ucapan Aru terpotong.
"Minumlah pelan-pelan, Tuan." Ucap Aru mengingatkan supaya tak ada adegan tersedak gelas.
Hael mengangguk, memasang ekspresi layaknya anak kecil polos lalu lanjut meneguk air dalam gelas secara perlahan sementara Aru terlihat akan bicara lagi.
"Tuan, dengar aku--"
"Uhuk! Uhukk!" Hael batuk lagi.
Kalimat Aru reflek kembali tertelan ke dalam mulut. "Ekhem--"
"UHUKKK!"
"Dia sengaja, ya?" pikir Aru membatin.
"Kenapa?" tanya Hael sambil meletakkan gelas ke atas meja dalam kondisi air tersisa seperempat, "kenapa bocah sepertimu berkeliaran di sekitar sini tanpa pengawasan orang tua?"
"Pertama, aku sudah besar." Jawab Aru, "usiaku 16 tahun dan di tahun depan aku akan berusia 17 tahun. Jadi, aku sudah cukup usia dan bukan bocah seperti katamu." Lanjutnya mengoreksi kalimat Hael.
"Oh..." respon Hael seadanya, membuat Aru diam-diam mengepalkan tangan geram.
"Kau terlihat seperti seseorang yang kabur dari rumah dengan perhiasan sebanyak itu dalam tasmu." Ucap Hael menujuk tas yang tersampir di bahu Aru.
Aru segera memeluk tasnya sendiri dan mendengus. "Ini privasi tahu! Anda tidak boleh melihat sembarangan ke dalam tas seseorang meskipun anda lebih tua dari saya!"
"Tiba-tiba kau bicara informal?" satu alis Hael terangkat, memasang ekspresi penuh curiga lalu menuduh. "Jangan-jangan kau istri orang yang melarikan diri?"
"Aku? Apa? Tidak!" elak Aru cepat.
"Oh, ya?" sahut Hael tak percaya sambil memegang dagu, menilai Aru dari atas ke bawah. Lebih tepatnya memandangi gaun mahal yang gadis itu kenakan. "Gaunmu jelas dari kalangan atas."
"AKU AKAN MELEPASNYA!" pekik Aru mulai frustasi.
Hael tersenyum miring, "kalau begitu lepaslah disini."
"Orang mesum!" Aru marah-marah.
Hael terkekeh terlebih saat Aru berbalik dan memeluk tubuhnya sendiri lalu mendesis pelan. Tiba-tiba satu kakinya dihentakkan, menoleh dengan cepat dan terlihat sangat amat kesal lalu berjalan cepat menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne
FantasyBertahan dengan kehidupan yang yang ditakdirkan tersisa dua tahun saja, Chantarue selaku tokoh figuran dalam cerita mencoba melakukan segalanya untuk memperpanjang usia berbekal alur novel The Emperor Of Haeresi yang diingatnya. Chantarue yang ker...