22. Maybe It's Blue

19.7K 2.3K 546
                                    

Hael membawa pasukannya yang sisa total hanya 310 orang saja terhitung termasuk dengan dirinya. Sebelum menyerang Nimeria, Hael sudah menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar wilayah itu dan mengakuisisinya sebagai bagian dari tanah Haeresi dan hanya akan ada satu nama pemerintahan saja, yakni Kekaisaran Haeresi itu sendiri.

Secara mutlak mereka yang telah ditundukkan mengakui kedaulatan sebagai bagian dari Haeresi dan secara sukarela memberikan tiga perempat dari harta Kerajaan kepada Hael.

Itulah mengapa Hael tak langsung membawa pasukannya kembali ke Haeresi melainkan menyambangi wilayah-wilayah yang sudah ia tundukan sebelumnya untuk mengambil puluhan peti harta yang mereka setorkan.

"Kekayaan Haeresi menjadi sepuluh kali lipat ganda sekarang, Yang Mulia." Kekeh Porpheus senang, sudah lupa akan dukanya mengenai kematian Kalyas.

"Ini belum seberapa, masih ada dua kerajaan lagi." Ujar Hael menanggapi.

"Masukan semuanya ke dalam kereta kuda." Pria tinggi itu memberi interupsi ulang pada delapan orang prajurit yang baru bergabung.

"Baik, Yang Mulia!" sahut mereka kompak, masih penuh semangat walau sebagian besar tubuhnya terbalut perban karena luka parah.

Menyimak percakapan Hael dan orang-orang dari jauh, Iliana tahu target utama pria itu tenyata menguasai tanah dan sebagian besar harta kerajaan.

Maka dari itu tanpa rasa malu, entah mendapat dorongan dari mana sesuai dengan dialog asli dalam novelnya tiba-tiba Iliana memunculkan diri dan memberi tawaran.

"Hei, Yang Mulia—atau—Tuan? Apapun itu, nikahi saja aku maka kau akan dapat seluruh harta dari Nimeria. Kau tahu kan Nimeria adalah satu-satunya wilayah yang punya tambang emas terbesar disini?"

Tawaran itu cukup menarik, bahkan Porpheus tersenyum sumringah sebab imbalan yang ditawarkan oleh gadis di hadapannya benar-benar nyata. Karena itu, ia mendekat dan berusaha membujuk dengan kalimat yang belum sempat terucap karena lebih dulu tertelan kembali.

"Coba ulangi," pinta Hael mengamati dengan kedua tangan terlipat di dekat dada.

Kali ini Iliana mengulurkan tangannya dengan maksud membalaskan dendam dan merebut balik kekuasaan yang Hael miliki dengan mengendalikan hati serta pikiran pria itu.

"Nikahi saja aku jika kau ingin sepenuhnya menjadi pemilik tambang emas Nimeria kami." Ucap Iliana mengulang.

"Yang Mulia, tawaran ini--"

"Aku pernah mendengarnya di suatu tempat dan sampai saat ini belum ada hasilnya. Kau pikir aku mudah ditipu?" cibir Hael setengah sarkas.

"Lagipula bagaimana kau bisa disini? Berada diantara pasukanku?"

"Ekhem!" dehem Iliana seraya menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal sama sekali. "Kau akan menjadi pemilik tambang emas terbesar dan menjadi satu-satunya orang yang menikmati hasil pertambangan setiap musim. Kualitas emas-emas dari Nimeria tidak perlu diragukan lagi. Dua kali panen maka akan menyamai harta yang kau renggut dari sepuluh kerajaan kecil." Jelas Iliana masih dalam upaya menggoda dan membujuk agar Hael mengatakan 'ya' padahal wajah datar itu sama sekali tidak tertarik mendengar ucapannya.

"Yang Mulia," bisik Porpheus sambil berjinjit guna mencapai telinga tinggi Hael. "Gadis itu benar--"

"Kalau begitu kalian berdua saja yang menikah. Bagaimana?"

Seketika raut wajah Iliana berubah panik sama seperti Porpheus yang linglung dan saling menatap satu sama lain secara bergantian.

Sementara Hael tersenyum dan mengangguk-angguk. "Benar. Kalian berdua sebaiknya menikah. Akan lebih baik kalau kita menjadi kerabat sehingga aku bisa menikmati setengah hasil tambang Nimeria setiap musim."

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang