7. I Tell You A Story

30K 3.3K 127
                                    

"Yang Mulia...!" begitu melihat Hael, lelaki itu langsung mendaki tangga dan berlutut.

"Tolong, saya datang untuk menyampaikan pesan dari ayah anda. Tolong dengarkan saya kali ini. Beliau sekarat, beliau ingin melihat anda sekali sana sebelum kematian menjemputnya."

"Ayah?" sebelah sudut bibir Hael terangkat tinggi, mengulas senyum miring. "Siapa kau beraninya menyebut pria menjijikan itu sebagai ayahku, hm?"

Aru melihat dari jauh, ia berjarak sekitar sepuluh langkah dari tempat Hael berdiri dan menyaksikan pria itu sedang marah-marah bahkan menghardik lelaki tadi serta nyaris memukulnya.

"Sekali saja..." lelaki yang sudah didorong oleh Hael itu masih memohon di kakinya dengan kedua tangan terkatup. "Temuilah beliau, saya mohon."

Merasa Hael tetap akan pada pendiriannya, lelaki itu bangkit dan berlari menuju Aru lalu tiba-tiba meringkuk tepat di depan kaki gadis itu sambil memohon seperti halnya yang dia lakukan pada Hael sedetik lalu.

"Yang Mulia, saya mohon. Jika Kaisar tidak mau setidaknya anda temuilah ayah mertua Anda, s-saya mohon..." lelaki itu menangis diantara kalimatnya seolah sedang menyampaikan kerinduan sekaligus rasa sakit yang dirasa oleh ayah kandung Hael saat ini.

Hael berbalik dan menatap tajam pada Aru sebelum gadis itu bicara apapun. "Putri, masuk ke dalam." Pintanya penuh penekanan.

"Yang Mulia--"

"Putri, masuk ke dalam." Sekali lagi Hael memerintah Aru setelah memotong kalimat yang baru mau dikatakan gadis itu.

"Dia akan meninggal dan kau tidak akan melihatnya lagi." Celetuk Aru keras kepala namun nada bicaranya tetap tenang.

Terlihat Hael memijat pelan pelipisnya sesuai mendengar respon Aru. "Putri, masuklah." Perintahnya masih tetap sama seperti sebelumnya. "Masuk ke dalam sekarang juga."

"Yang Mulia, saya mohon!" lelaki itu menggapai kaki Aru, membuat gadis itu sendiri terkejut ketika kakinya ditarik namun ada hal lain yang lebih mengejutkan setelah itu.

Duakh!

Mendadak sebuah tendangan keras mendarat tepat di pundak lelaki itu sehingga dia terjengkang ke arah belakang dan menggelinding diatas beberapa anak tangga hingga berakhir telentang di tanah namun dia segera bangun lalu kembali mencoba mnedekati Aru.

Hael pelakunya.

Pria itu benar-benar titisan setan!

"Jangan coba-coba mempengaruhi anggota keluarga kerajaan." Peringat pria itu terhadap lelaki tersebut, "Jack, Wiliam, atau siapapun namamu... pergi dari sini sebelum kesabaranku habis!"

"Yang Mulia, sekali saja lihatlah keadaan beliau." Lelaki yang aslinya bernama Jacob itu masih memohon disana dan menangis tersedu-sedu sebab ialah yang menemani serta merawat Ayah kandung Hael selama sepuluh tahun terakhir. "Dia sekarat, Yang Mulia. Setiap kali dia memiliki kesempatan bicara, dia memohon kepada saya agar dipertemukan dengan anda."

"Dia ingin bertemu denganku?" Hael berkata sambil mengambil satu langkah di depan Aru, menempatkan dirinya menutupi tubuh kecil gadis itu.

"Iya, Yang Mulia. Beliau ingin menemui anda sekali saja sebelum menutup mata selama-lamanya."

"Maka bawa dia kemari."

"Bagaimana?" Jacob bertanya kebingungan. "Beliau tak sanggup berjalan lagi, duduk saja tak mampu, lantas--"

"Bukan urusanku." Potong Hael kejam.

"Yang Mulia--"

"Seret atau langsung kubur juga tak masalah bagiku." Hael kembali menyela ucapan Jacob, "seseorang yang tak tahu apa-apa mengenai hidupku tidak pantas menasehatiku."

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang