23. First Night

24.6K 2.5K 97
                                    

"Yang Mulia,"

"Hm?" Hael sedang berdiri di balkon dengan kedua siku tangan bertumpu pada pinggiran pembatas. Kepalanya lalu menoleh dan menemukan Porpheus dengan wajah bingung.  "Hal apa yang membawamu ke sini?"

Porpheus menyengir. "Saya bingung, Yang Mulia..."

"Kenapa?"

Setelah menghela nafas, Porpheus mulai menjelaskan keresahannya mengenai malam pertama dengan istrinya. "Haruskah saya lakukan malam ini atau saya lakukan saat kita sudah kembali ke Istana Haeresi?"

Satu alis Hael terangkat, "kau menanyakan masalah pribadimu padaku?"

"Hehe... saya belum pernah, saya memang pernah beberapa kali tidur dengan wanita dan berpengalaman namun ini pernikahan pertama saya seumur hidup." Jelas Porpheus kaku.

"Kalau begitu ikuti saja keinginanmu, apa yang kau inginkan itu yang kau lakukan." Ujar Hael memberi saran, dia sendiri tidak ingin memutuskan pilihan untuk Porpheus karena 'malam pertama' berkaitan dengan pria itu dan istrinya, bukan dengan dirinya.

Mendengar saran dari Hael, Porpheus tersenyum. "Hehe... maaf, saya mengangguk waktu tenang anda malam-malam. Saya akan melakukannya persis seperti saran anda."

"Ya."

Sementara itu di kamar pengantin yang disediakan oleh istana Nimeria, terlihat Iliana sedang berbincang cemas dengan Jane. Gadis itu kesal, ingin menangis, kesal lagi, dan kesal. Bagaimana semua bisa jadi berantakan begini?

"Jane...." rengek Iliana. "Dia, ah, kurasa dia bahkan lebih tua dari ayahku. Bagaimana bisa? Aku merasa jijik membayangkan wajahnya itu."

"Tuan Putri, apa boleh buat?" Jane sendiri tidak memiliki solusi karena seharusnya kalau Iliana tidak sok berani menyelinap ke dalam salah satu kereta kuda, mungkin nasibnya akan berbeda. "Anda sendiri yang memasukan diri anda ke dalam lubang harimau."

"Tapi, Jane!" masih dengan rengekkan dan sesekali mengguncang bahu Jane, Iliana mulai meneteskan air mata. "Aku masih... masih bisa merasakan kumis tebalnya yang... arghhh! Jijik!"

Jane terkekeh, "Tuan Putri, sabarlah. Saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu anda. Mungkin sudah saatnya menerima jalan takdir? Lagipula anda akan menjadi kaya raya."

"Kalau untuk kaya raya jalannya begini lebih baik aku jadi gelandangan!" ketus Iliana tambah emosi. "Sudahlah, pergi saja!" diusirnya Jane dari kamar itu karena dianggap tak ada satupun dari ucapannya yang memberi solusi.

"Baiklah, baik." Jane mengusap bahu Iliana sambil beranjak bangkit. "Jangan marah, aku pergi. Ya?"

Iliana menepis tangan Jane. "Pergilah sana!"

Jane memaklumi, dia tersenyum dan keluar dari kamar. Tak lama setelah Jane pergi, mungkin sekitar lima menit pintu kamar berisi Iliana di dalamnya terbuka lagi dan kali ini Porpheus yang muncul padahal tadi Iliana berharap Jane kembali.

"Selamat malam, istriku~" sapa Porpheus sembari menutup pintu dan menguncinya, tatapan pria itu kelihatan waspada tapi juga penuh nafsu. Tidak usah ditanya, siapa yang tidak bergairah melihat perempuan muda duduk di ranjang?

Iliana tidak tahu harus merespon apa, seluruh tubuhnya terasa kaku mendadak terlebih saat Porpheus mulai mendaki kasur dan menempatkannya kedua tangannya memegang masing-masing bahu Iliana.

Lelaki itu jelas yang paling senang. "Kau terlihat cantik sekali," bisiknya mendekat ke telinga. "Kau bidadariku malam ini."

Iliana tidak bisa berteriak, dia memejamkan mata dan menahan rasa jijik ketika mulut dan lidah Porpheus mulai bergerilya di sekitar lehernya. Sensasi panas, basah, lengket, dan menjijikan memenuhi bagian tubuh Iliana yang dijilat oleh laki-laki tua itu.

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang