Hellen merupakan daerah administratif yang terletak di bagian tengah wilayah Haeresi. Sejak awal daerah yang sering disebut kota kecil bersinar itu sudah menjadi bagian dari Haeresi bahkan sebelum Hael menjadikan dirinya sebagai Kaisar di tanah ini. Mungkin bisa dibilang Hellen adalah ibu kota yang tidak diakui.
Hampir seluruh lapisan masyarakat baik dalam maupun luar kota Hellen berbondong-bondong datang untuk mengurus kependudukan, menimba pendidikan di beberapa akademi yang terdapat di kota itu, bahkan pernikahan pun sering diadakan di Hellen.
Kota Hellen juga sering kali di sebut sebagai kotanya sejuta umat pedagang sebab ada banyak sekali para pedagang luar daerah hingga benua datang ke sini untuk menjajakan barang-barangnya bahkan ada juga yang meminta izin menetap selama beberapa waktu.
Fakta lainnya, Hellen merupakan satu-satunya kota yang diperbolehkan memiliki seorang walikota yang sudah menjabat selama 8 tahun. Itu pun atas dasar persetujuan Hael dan orangnya Hael sendiri yang pilih. Tentu saja karena Hael tidak ingin banyak orang yang datang ke istana Haeresi kesayangannya hanya untuk minta surat resmi menikah dan surat-surat masyarakat lainnya.
Setelah memasuki kota, Hael membawa kuda kesayangannya melaju ke rumah kantor milik William—kenalannya dahulu—yang kini menjabat sebagai Walikota Hellen.
Tak ada satu orang pun yang mengenali Hael sebagai Kaisar Haeresi, mereka yang melihat Hael hanya seperti melihat orang biasa pada umumnya sebab pria itu tak sedang dalam mode pertempuran, yakni menutup setengah wajah dan memakai jubah hitam agung sambil menenteng pedang kemana-mana.
Sekitar sepuluh menit berkuda di jalanan yang ramai penduduk serta orang berjualan, Hael tiba di sebuah bangunan kokoh luas setinggi dua lantai lalu segera mengarahkan Eliza untuk masuk ke perkarangan bangunan tersebut. Rumah kantor tempat William bekerja.
Bangunan itu tidak sepi saat Hael masuk ke dalamnya. Ada satu barisan panjang orang-orang dan beberapa lainnya duduk di kursi yang tersedia sedang menunggu sesuatu, entah apa yang pastinya bukan bansos.
Langkah panjang Hael menapak semakin jauh, dia mencari ruangan tempat William berada dan... ketemu. Setelah hampir berkeliling dan nyaris naik ke lantai atas.
"Bercerai!?"
"Iya, kami ingin bercerai."
"Kalian baru menikah dua bulan lalu!"
Ada percakapan di meja itu. William dengan seorang wanita dan pria di sampingnya, kelihatannya mereka pasangan suami istri yang akan bercerai. Mereka datang untuk meminta surat perpisahan secara resmi di kota ini.
William merasa kepalanya sakit, pria berambut cokelat tua itu menggeleng-geleng tak habis pikir lalu meminta pasangan itu membawa dokumen yang sudah diberi stempel Kekaisaran untuk pergi ke ruangan selanjutnya.
"Terimakasih."
Jengkel, William berseru. "Lain kali kalau mau menikah jangan ke sini lagi!" dia melihat pasangan itu keluar dari ruangannya lalu pandangan bola matanya jatuh pada sosok pria yang berdiri di dekat pintu.
"Hael...?" tebakan William langsung benar.
Hael berjalan mendekat, menarik satu kursi yang ada di depan meja William dan duduk terlebih dahulu tanpa mengatakan apa-apa.
"Kawan, kau datang tiba-tiba? Kenapa tidak beritahu?" pertanyaan Willian membuat Hael yang tengah melepas penat menghela nafas panjang.
Menyadarinya, William terkekeh kemudian berseru memanggil seseorang. "Charles! Tolong satu cangkir teh!"
"Aku tidak terlalu suka teh." Ujar Hael mengingatkan William akan kebiasaan pria itu yang masih sama, selalu memberikan teh tanpa menawarkan lebih dulu Hael mau minum apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne
FantasyBertahan dengan kehidupan yang yang ditakdirkan tersisa dua tahun saja, Chantarue selaku tokoh figuran dalam cerita mencoba melakukan segalanya untuk memperpanjang usia berbekal alur novel The Emperor Of Haeresi yang diingatnya. Chantarue yang ker...