"Kalyas?" kepingan ingatan buram Aru yang asli menyeruak di dalam kepala.
Meski tidak terlalu jelas tetapi nampak sosok dengan postur tubuh Kalyas berdiri tepat di depan Aru sesaat sebelum pria itu melakukan sesuatu yang mengerikan dengan pedangnya.
"Kutunjukkan padamu siapa yang tidak pantas ada di dunia ini, Putri."
Jleb!
Jantung Aru tersentak, ia sadar dari tidur dan mengintip melalui celah kelopak mata lalu diwaktu yang tepat ia menangkap tangan Kalyas. Satu yang Aru ketahui mengenai Aru yang asli dalam novel berakhir karena dibunuh oleh pria yang ada di dekatnya sekarang.
Merasa niatnya tertangkap basah, Kalyas mengelak. "Maaf, saya melihat serangga di dekat leher anda. Itu sebabnya--"
"Keluar." Pinta Aru memotong alasan Kalyas, ia tahu segalanya dan merasa terancam. "Tolong keluar dari sini."
Rahang Kalyas mengetat, pandangannya sedikit turun sambil menjawab. "Saya tidak bisa keluar sebelum pelayan anda kembali, Yang Mulia."
"Aku ingin kau keluar dari sini, haruskah aku memohon dikakimu?"
Kalyas menggeleng. "Anda tidak perlu melakukan itu, Yang Mulia."
"Maka keluarlah dari sini, Tuan Kalyas."
Seketika Aru merasa lemas ditubuhnya hilang walau saat ini kondisinya sendiri pun lunglai dan sulit untuk berdiri. Aru hanya merasa takut, ia mendapati fakta bahwa Kalyas adalah seseorang yang membunuhnya. Satu fakta yang membuat pandangannya terhadap si tampan Kalyas berubah jadi pandangan penuh ketakutan.
"Yang Mulia, saya merasa ada kesalahpahaman disini." Kalyas mencoba meluruskan dengan memberi nasehat pada Aru, menenangkan gadis itu terlebih dahulu.
"Saya tidak bermaksud mencelakai anda, saya melihat--"
"Jangan mengelak, Tuan Kalyas." Aru menodongkan jari telunjuknya ke wajah Kalyas. "Bahkan jika aku melakukan suatu kesalahan padamu seharusnya kau tidak langsung berniat membunuhku. Seharusnya kau bertanya bagaimana perasaanku, kapan aku menyinggungmu, aku mungkin secara tidak sadar melakukannya. Jika kau marah, kau tidak boleh langsung membunuh seseorang. Itu tidak benar."
"Pftttt..." kekehan geli Kalyas terdengar, ia merasa tidak ada waktu lagi untuk berpura-pura. "Tidak boleh membunuh hanya karena marah pada seseorang? Sayang sekali, aturan itu tidak berlaku di tempat ini. Anda tidak tahu mengenai hal sederhana itu?"
Seketika atmosfer di sekitar Aru berubah menjadi gelap segelap sorot pandang mata Kalyas terhadapnya. Pria itu tidak lagi mencoba mencari alasan untuk membenarkan kebohongan sebelumnya disaat berkata mencoba menyingkirkan serangga dari leher Aru.
"Tidak ada aturan yang mengikat di Haeresi terutama tentang membunuh seseorang. Semua bisa melakukannya dengan bebas bahkan tak harus memiliki alasan. Kau baru tahu?
"Yang Mulia Kaisar tidak pernah memberi larangan membunuh bagi seseorang, beliau saja sudah membunuh ratusan hingga ribuan orang untuk memperluas kawasan Haeresi." Tambah Kalyas menjelaskan. "Di sini, di tempat ini... semua bebas terjadi asalkan satu syarat terpenuhi, yaitu berada di pihak Kaisar apapun yang terjadi."
Jujur saja seluruh bulu kuduk Aru berdiri, ia merasa ngeri. Kalyas seakan ingin menghabisinya detik ini juga. Itu sangat menakutkan sekali.
"Kau mengancam istri Kaisar, kau sadar akan hal itu? Tempatku jauh lebih tinggi darimu. Kau bisa dihukum karena--"
"Apa Kaisar pernah sekali menempatkanmu di sisinya? Pernah?" cibir Kalyas tertawa sumbang. "Kau dinikahi karena jaminan bukan Kaisar ingin menjadikanmu istri."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne
FantasiaBertahan dengan kehidupan yang yang ditakdirkan tersisa dua tahun saja, Chantarue selaku tokoh figuran dalam cerita mencoba melakukan segalanya untuk memperpanjang usia berbekal alur novel The Emperor Of Haeresi yang diingatnya. Chantarue yang ker...