4. We Go Back

36.7K 3.7K 89
                                    

Singkat saja, Hael membawa Aru kembali ke istana. Gadis itu kembali tanpa bisa melakukan penolakan bahkan kedua tangannya masih terikat di depan supaya tidak menjalar kemana-mana.

Begitu keduanya bersama Eliza terlihat oleh mata prajurit yang berjaga di menara gerbang istana, perintah agar dibukakannya gerbang diseru-serukan dengan kencang.

Cekatan, dua orang prajurit di kanan dan kiri bekerja sama menarik gerbang dengan cara dibuka ke arah dalam lalu Hael bersama kuda serta Aru yang tertekan masuk melewati gerbang tersebut.

"Yang Mulia, salam hormat." Sambut Porpheus membungkuk lalu kembali tegap dan matanya segera menyipit. "Lho, anda bersama--"

"Dimana pelayan penanggung jawab Putri?" tanya Hael memotong kalimat Porpheus.

Porpheus segera menoleh pada pelayan wanita di sisinya dan bertanya, "hei, dimana dia?"

"Mura sedang cuti, Yang Mulia." Jawab wanita itu.

Hael berdecak. "Gantikan dengan kau dan urus bocah ini." Pintanya seraya mendorong Aru dengan pelan menuju wanita yang ada di samping Porpheus.

Wanita itu mengangguk. "Baik, Yang Mulia." Lalu ia tersenyum pada Aru, membungkuk hormat terlebih dahulu kemudian membawa perempuan itu bersamanya kembali ke kamar.

"Anda ini kemana saja?" nada bicara Porpheus terdengar sangat cemas. "Anda bilang akan menemui Eliza tapi, tempo hari pernikahan gadis itu telah berlangsung."

Decakkan lainnya terdengar dari bibir Hael, pria itu tengah melepaskan pakaian atasnya dan memamerkan lekuk tubuh kekar sempurna miliknya kemudian meraih baju lain yang sudah disiapkan oleh pelayan yang berdiri tepat di sebelah kanannya. Sudah menjadi kebiasaan bagi para pelayan untuk cepat-cepat mengantarkan baju baru kepada Hael setiap pria itu baru pulang karena Hael akan selalu mengganti bajunya di tempat.

"Yang Mulia--"

"Bahas yang lain saja, Porpheus." Potong Hael jengah. "Ada surat?" tanyanya.

"Ada, Yang Mulia." Angguk Porpheus lalu mengeluarkan surat yang di dapatnya dari sebuah kerajaan yang jauhhhhh sekali di bagian utara dari tempat ini. "Dari Utara, dikirim secara anonim namun ada stempel resmi."

"Apa isinya?" tanya Hael sambil berjalan cepat menuju ruang kerja diikuti Porpheus yang berlarian di belakangnya.

"Isinya agak aneh dan..."

"Apa?" langkah Hael berhenti.

Porpheus menunjukkan yang didapatnya pada Hael agar pria itu bisa membaca sendiri kalau isinya nyaris tidak masuk akal sebab disana terdapat kalimat yang mengatakan bahwa ada monster laut yang kabur dari wilayah mereka ke arah barat jadi, mereka mengirim surat pada semua kekaisaran ataupun kerajaan yang ada di daerah itu.

"Tidak masuk akal!" desis Hael meremas surat tersebut menjadi gumpalan lalu melemparnya asal. "Lupakan saja, orang-orang Utara memang gila. Itu sebabnya aku tidak pernah tertarik memperluas Kekaisaran Haeresi sampai ke sana."

Porpheus menanggapi. "Sesuai perintah anda, Yang Mulia."

Sesampainya di depan ruang kerja, Hael mendorong pintu besar di hadapannya terbuka ke arah dalam lalu ia masuk dan langsung memeriksa tumpukan berkas yang telah disusun oleh Kalyas selaku tangan kanannya mengenai anggaran untung dan anggaran rugi selama tiga tahun terakhir.

"Anda baru kembali dan akan langsung bekerja?" tanya Porpheus selagi Hael membolak-balik lembaran berkas lalu membuka kotak berisi kacamata baca miliknya.

Tidak ada balasan dari Hael, dia hanya memberi tatapan tajam pada Porpheus.

Lelaki itu terkekeh lalu berujar, "Yang Mulia, anda lebih terlihat seperti seorang pria yang ditinggal menikah oleh kekasih. Mengapa tidak anda sulitkan saja hidupnya? Anda seorang penguasa sedangkan pemuda yang gadis itu nikahi hanya anak dari seorang Baron serta menjadikan hasil kebun sebagai bidang utama usaha. Mengapa tidak ada persulit keuangan mereka? Jika benar gadis itu menyukai anda, dia akan datang sendiri pada anda dan memohon bantuan dari anda."

The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang