Sound and Song

3.1K 193 27
                                    

Hwuaaaa, maafkan Leon yang sudah gak update berbulan-bulan. Hampir tiga bulan lamanya aku gak update hehe. Maaf! Semoga aja masih pada suka ya cerita aneh ini.

Foto diatas adalah Georgia

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Georgia

Langkah kakiku menuntunku ke arah kelas biologiku bersama dengan Sherly. Tubuhku kali ini cukup panas karena sedari tadi mendengar ocehan tidak berguna dari mulut Nona berambut merah disebelahku yang terus berbicara tentang Demian.

"Bagaimana menurutmu tentang Demian?" aku menghentikan langkahku lalu berbalik ke arah Sherly. "Sherly dengarkan aku, sesempurna apapun Demian yang kau bicarakan itu, aku yakin jika dia jauh dibawah kakak-kakakku."

Sherly diam sebentar, disaat bersamaan seseorang memanggilku. Agak jauh dibelakangku, kutemukan George sedang berlari pelan ke arahku. Dia melambai padaku mengisyaratkan diriku untuk menunggunya.

"Ada Apa?" tanyaku padanya ketika sudah sampai disampingku.

Dia mengangkat tangannya padaku tanda untuk memberikannya waktu untuk mengambil nafas. Setelah nafasnya teratur dia baru berucap, "Aku pinjam buku Geografimu, Tugas rumahku belum selesai."

"Tidak." Jawabku. Aku berbalik dan berjalan lagi seolah tidak terjadi apapun.

"Georgia!! Tolonglah." Aku tetap berjalan tanpa memperdulikan suara memelas George. Mungkin ini memang hari yang sial, disekelilingku banyak wanita mulai berbisik-bisik. Tanpa perlu kedengar, dapat kupastikan ini karena kakak delapan menit yang memelas padaku tersebut. Aku memang kebal terhadap semua cara kakak-kakakku membujukku, tetap tidak dengan gosip orang lain.

"Ugh, baiklah." Aku berbalik dan melemparkan kunci lokerku pada George yang memandangku dengan wajah anak kecil yang tidak diberikan permen. "Pastikan, kau kunci kembali dan mengembalikannya saat pergantian jam."

"Kau memang adikku yang terbaik."

"Jika kau lupa, aku satu-satunya adikmu."

Kepergian George, membuatku telingaku kembali diserbu kata-kata milik Sherly. Yang tadinya dia memuji Demian sekarang dia memuji George, terutama tentang otot bisep dan trisepnya yang menurut Sherly sangat menggairahkan tersebut. Percayalah padaku, Perempuan beriris biru sahabatku ini akan terus bercerita sampai dia melihat lelaki tampan yang lain. Dan itulah yang dia lakukan ketika melihat Demian berdiri di depan pintu. Gadis keturunan Inggris tersebut berjalan mendahuluiku dan mencoba berkenalan dengan Demian yang dibalas Demian dengan senyum tipis.

Mata Sherly sedikit berkaca karena merasa irinya diabaikan Demian. Lelaki berengsek itu seharusnya minimal membalas Sherly. Walau Sherly itu cerewet dia tetap sahabatku. Aku berjalan cepat, kemudian menarik tangan Sherly. Dengan sengaja aku memukul perut Demian. Sherly yang melihat Demian mengaduh hendak mendatanginya tapi aku tahan. Aku membawa Sherly untuk duduk di bangkunya.

Demian yang tadinya mengaduh di depan pintu, entah sejak kapan sudah berada di dekatku. Nafas hangatnya menyentuh leherku yang pucat membuatku menyikut perutnya. Menggunakan teknik kuncian yang sudah aku pelajari, aku menjatuhkan tubuh demian ke lantai dan menarik lengannya kebelakang. Aku mendekatkan bibirku ke telinga demian, "Kau lakukan itu sekali lagi, aku akan patahkan tenggorokanmu. Kau mengerti Tuan Jackson?"

"Nona Diavol!" Mataku menatap kearah suara tersebut. Di depan kelas, berdiri Ibu summer dengan ekspresi garangnya yang seperti iblis. Dalam hati aku mengumpat dengan keras. "Keluar dari kelasku dan temui aku setelah pulang sekolah nanti." Mendengar intruksi guru biologi yang garang tersebut, dengan cepat aku membawa semua bukuku lalu keluar dari kelas.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang