Luck

2.2K 126 12
                                    

Yo, lama nggak jumpa, akhirnya bisa update heheh udah lima bulan kayaknya dari terakhir update chapter baru. Maafkan reader hehehe. Dedikasi chapter buat para reader yg setia nungguin. Buat yang penasaran tentang apapun yg berhubungan dengan cerita tokoh atau istilah atau gue (sok pede) tulis aja di kolom comment kalau bisa bakal gue bales kok. Selamat menikmati!

Hampir lupa, foto di atas Jimmy, jangan ketipu dia sebenernya cewek

Seorang pemuda terlelap di kursi dekat jendela. Sebuah headphone menutupi telingaya, tersambung dengan sebuah handphone dalam mode airplane. Surai rambut yang sewarna pasir melekat berantakan tak beraturan. Manik biru langitnya tersembunyi di balik kelopak mata yang tertutup. Ekspresinya damai, tidur tanpa ada gangguan sedikitpun. Entah karena apa, orang orang di sekitar berusaha untuk tidak membuat suara, seolah pemuda yang pecinta musik itu orang yang penting.

Di dalam tidurnya Keon-pemuda itu-tengah tenggelam dalam dunia yang disebutnya mimpi. Dalam mimpi, dirinya sedang berdiri menatap takjup sekaligus ngeri, kakinya telanjang menginjak pasir yang sedikit kasar-pasir gurun- kepalanya menengadah, langit terlihat hitam tak berawan. Meski dia yakin ini dalam mimpi, udara dingin yang berhembus menusuk kulit memerahkan kulitnya, pasir yang ia pijak sangat terasa baik ukuran maupun kepadatannya.

Wajah Key diturunkan, matanya menghadap ke depan, sesuatu tampak berkobar di puncak sebuah altar batu. Akal sehatnya menyuruh Keon untuk menjauh dari altar tersebut, tetapi rasa penasaran Keon sangat tinggi, langkah kakinya yang pelan membawa Keon menuju ke altar itu. Untuk setiap langkah kaki yang diambilnya, dapat ia rasakan angin mulai berhembus menguat, suhu semakin dingin, dan kegelapan yang semakin pekat. Apapun yang menunggunya, Keon yakin itu sesuatu yang buruk. Akan tetapi kembali pada dirinya, Keon penasaran, sedikit banyak yang ia bayar, dia tetap akan melihat apapun itu.

Langkah kaki Keon telah membawanya ke puncak tangga, iris sewarna langit siang meneliti hal yang ada. Enam pilar batu berdiri kokoh dengan sebuah rantai hitam menjulur dari masing masing pilar. Rantai dengan mata sebesar kepalan tangan menjulur melilit sesuatu yang tersembunyi dalam kobaran api hitam. Tak melunak oleh api yang menjilat, membuat Keon bertanya-tanya seberapa kuatkah rantai tersebut serta seberapa panaskah api hitam tersebut.
Penasaran lagi, Keon menjulurkan tangannya ke dalam api. Dingin, api yang disentuhnya dingin seperti es. Semakin penasaran, semakin dalam Keon menjulurkan tangannya. Sudah sampai siku lengannya masuk, ketika Keon menyentuh sesuatu. Jarinya mengusap pelan benda itu, lembut dan berbulu, Keon mengernyitkan dahi. Dia membuka telapak tangannya, dia sadar itu sebuah buku, dengan sedikit tenaga, Keon menarik buku tersebut dari dalam api. Sebuah buku bersampul kulit hewan sewarna malam sudah berada di tangan. Tulisan bertinta emas tercetak tebal di muka buku, "Clavicula Salomonis".

"Tuan," terdengar seseorang memanggilnya. Keon menoleh, sejauh matanya bisa melihat, tidak ia temukan siapapun. Perlahan dia tersadar, sebuah goncangan membangunkan Keon dari mimpi.

Pemuda bersurai pasir itu masih mengerjap beberapa kali, memproses apa yang terjadi. Sekian detik kesadarannya kembali, dia merasakan goncangan dan mulai terdengar tangisan serta teriakan panik. Suasana agak kacau karena kepanikan para penumpang. Para pramugari dan pramugara mencoba menenangkan para penumpang. Keon sendiri mulai memakai safety belt sesuai intruksi.

Pengumuman pilot beberapa saat yang lalu membuat Keon menatap keluar jendela. Terlihat api benar-benar telah membakar sayap pesawat, mata Keon memicing, ketika tanpa sengaja matanya menangkap sebuah objek aneh yang terus mendekat dengan sangat cepat. Baru sekejap mata dia melihat, Keon segera melepas safety belt-nya lalu pergi menjauh dari tembatnya duduk. Seorang pramugari mencegahnya dan mendekatinya ketika terdengar suara logam yang terpotong. Dalam satu kedipan mata badan pesawat terbelah menjadi dua. Tarikan gravitasi segera bekerja menarik pesawat ke bawah, jatuh.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang