(Season II) Unclear

505 46 27
                                    

Merasa laknat menulis bagian ini (x_x) jadi untuk yang dibawah 17 tahun harap di skip bagian ini hanya peringatan, resiko ditanggung sendiri.

Hari pertama George menghilang, Alex berantakan. Maksud dari kata berantakan bukanlah Alex menangis keras seperti gadis yang baru saja putus cinta. Alex tidak menjadi seperti itu meskipun dia memiliki seorang mate pria. Dia mencari ke setiap ruangan istana, berputar dan mengelilingi hingga tiga kali dan tidak menemukan adiknya. Malam datang dan tidak ada tanda-tanda adiknya. Dia meminta atau lebih tepatnya memaksa Macareus ntuk menemukan saudaranya, dalam keadangan panik.

Sepasangan tangan besar melingkar di pinggang Alex. Pemilik surai hitam itu tersadar dari lamunannya, tidak perlu berbalik, dia tahu siapa yang memeluknya. Kehangatan ini, aroma ini, memenuhi indranya sejak mereka bertemu, memberikan jantungnya degupan yang gila, tapi tidak saat ini. Pikiran Alex sedang tertuju pada George, dia merindukannya begitu pula adik-adiknya yang lain, serta Arthur. Alex membutuhkan kembarannya saat ini, meski dia dilema.

"Amour!" Alex menoleh, manik hijaunya bertatapan dengan manik perak itu. Macareus masih memandangnya dengan tatapan posesif lembutnya, namun ada setitik rasa sakit di sana yang tidak Alex tahu kenapa alasannya. Bibir tebal itu kembali terbuka, "Aku mohon! Jangan seperti ini! Kau menyakitiku."

Alex bingung dengan perkataan mate-nya. Dia merasa tidak melakukan apapun, yang ada sejak hilangnya George dia hanya di kamar, menunggu kabar dari Macareus yang berjanji membawakan adiknya. Sebenarnya Alex ingin mencarinya sendiri tapi tidak diperbolehkan mate-nya yang posesif tersebut. Alex dongkol namun ancaman manusia serigala itu menakuti Alex terutama bagian bawah tubuhnya. Alex ini lurus, hanya saja karena mendapati mate-nya seorang pangeran werewolf apa yang bisa dia katakan. Seorang lelaki yang suka menganggap orang lain mainannya kini terjerat oleh sang pangeran werewolf.

"Aku mohon rawat dirimu! Jantungku terasa teremas melihatmu seperti ini. Benar jika Kau abadi, namun–" kalimat pria berbadan seperti beruang itu terhenti. Alex mendapati sebutir mutiara basah jatuh dari manik perak yang biasa menenggelamkan Alex beberapa hari terakhir. Alex bertambah tidak mengerti, pria yang dari sudut pandang manapun menguarkan aura maskulin menangis, untuknya?

"Kau tidak mengerti. George adalah bagian dariku, begitu juga saudara-saudaraku yang lain. Ketika salah satu menghilang atau terpisah, bagian dari diriku juga menghilang bersama mereka. Kau–bukan," Alex menatap tajam pemilik wajah tampan tersebut, "Kalian yang mencoba membunuh Kami dengan memisahkan Kami," Alex menumpahkan perasaannya yang sebenarnya kali ini. Dia tidak suka dipisahkan dengan saudara-saudaranya, terutama kembarannya. Benar jika perhatian dari Macareus membuatnya teralihkan sejenak, tetapi kelalaiannya membuatnya kehilangan satu-satunya saudara yang masih bersamanya. Ini salahnya, namun seperti kebanyakan orang, dia tidak ingin disalahkan dan mencari orang lain untuk disalahkan.

Kehangatan terlepas dari pinggang Alex. Lawan bicaranya bergerak pelan, sang pangeran werewolf itu berlutut dihadapan Alex. Kedua telapak tangan besar itu mengusap telapak tangan Alex, pemilik surai hitam itu tidak bisa membaca pikiran, namun dia tahu manik perak itu berkaca. Sebenarnya Alex sendiri tidak mengerti perasaannya terhadap orang yang sedang berlutut di depannya. Dia otak yang menculiknya dari rumah, memenjarakannya, menyiksanya bersama George, menyelamatkannya, kemudian mencintainya?–itu yang dikatakan pria berbadan beruang itu. Alex kebingungan, namun tubuhnya sangat mendamba sentuhannya, hatinya menginginkannya. Ini hanya beberapa hari, tetapi apa yang dia rasakan lebih baik dari pada semua gadis yang pernah ia kencani. Untuk pertama kalinya dia bisa menganggap orang lain sebagai seseorang selain saudara-saudaranya, bukan sesuatu yang bisa ia buang setelah bosan.

Manik hijau dan perak kembali bertemu. Untuk kesekian kalinya Alex tenggelam dalam tatapan itu. Seperti momen-momen sebelumnya, jantungnya berdetak cepat, sedetik kemudian dadanya sesak. Ada kesedihan di dalam manik yang memandangnya dengan memuja, "Maafkan Aku! Maafkan Aku!"

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang