After Stalker Come Monster

6.7K 207 44
                                    

A/N: Leon kembali dengan cerita paling absurb sedunia. Entah mengapa aku lagi pengen update. Mungkin karena semangat festival yang diadakan d daerahku, atau mungkin yang lain. Terima kasih buat para voter and comenter yang udah rela meluangkan waktunya. Chapter ini khusus didesikasikan buat Vioela yang udah nungguin kemunculan Alex. Hehe tapi buat Vioela maaf ya kalau chapter ini agak mengecewakan. Terakhir selamat membaca, jangan lupa vote dan comment biar updatenya tambah cepet. uh hampir lupa, disebelah itu ada Alex kembarannya Arthur

Alex

Apakah kalian suka bermain? Jika ya apa permain yang paling kalian sukai? Game online, Game di playstation atau yang lainnya?Kalau aku paling suka dengan catur.

Jangan samakan permainan caturku dengan permainan biasa. Karena bidak caturku adalah manusia. Para manusia bodoh yang dengan mudahnya dipermainkan. Apakah kalian ingin memanggilku monster? Hey tapi itu bukan salahku, manusia saja yang mudah terbujuk dengan uang dan tampilan fisik. Yah walaupun aku tahu itu merupakan sifat dasar menusia.Tapi bukankah seharusnya ada batasnya? Sifat alami manusia yang tidak pernah merasa cukup memang sedikit merepotkan.

“Apa yang kau lamunkan Al?” Sebuah suara menggoda terdengar di telingaku. Aku mencoba untuk tidak mempedulikannya.

Sepasang lengan bergelayut manja di lengan kiriku,“Ayolah, Al!” ucap suara itu lagi.

Aku menghembuskan nafas berbalik menatap mata hazelnya, “ Baiklah apa yang kau mau?”

“Bagaimana kalau sebuah ciuman?” mendengar permintaannya aku menyeringai.

“Apapun untuk ratuku.” Tanpa jeda aku segera mencium Rosa dengan  kasar. Ciuman ini seperti hanya sebuah alat untuk menyalurkan hasrat masing-masing inividu. Bukan ciuman yang terlalu berarti untukku. Mengingat hampir setiap malam aku berganti-ganti wanita.

Kau bisa katakan aku seorang playboy, mungkin. Tapi sejujurnya disetiap hubungan yang aku jalankan, aku dan para wanita itu hanya berdasarkan pemenuhan hasrat, uang dan yah mungkin popularitas. Tidak ada sesuatu yang terlalu klise seperti kesetiaan, cinta dan kasih sayang atau yang lebih aneh lagi seperti kupu-kupu terbang di dalam perut dan listrik yang menyengat. Menurutku itu semua hanya perumpamaan tentang apa yang sebenarnya mereka inginkan. Di dunia ini tidak yang namanya cinta. Terutama di Amerika, negeri yang terkenal dengan kehidupan bebasnya.

Di dunia ini hanya ada hasrat dan keinginan yang mengendalikan setiap manusia. Entah hasrat untuk memiliki, hasrat pemenuhan kebutuhan, keinginan melindungi serta segala hal yang ada di dunia ini. Semua itu hanya ilusi dari hasrat dan keinginan kita. Ketika hasrat itu mulai menghilang, kita akan mulai bosan dan mencari kesenangan lain. Mungkin ini yang memicu banyaknya kasus perselingkuhan. Itu mungkin saja, tapi mengapa harus dipikirkan jika aku sendiri tidak peduli dengan hal yang kata orang disebut perjanjian suci itu. Bagiku hidup hanya sekali, keterikatan pada suatu hal adalah pembatas bagi kesenangan. Jadi untuk apa mengekang diri untuk hal yang bisa membuat kita senang.

“Hey ini restoran bukan kamar hotel.” Aku menghentikan aktivitasku dan menyeringai menatap mata abu-abu Dylan, orang yang menegurku tadi.

“Ayolah Die, kau seperti tidak melihat orang berciuman saja.” Ejekku.

Walaupun sekilas aku dapat melihat semburat merah sebelum Dylan menundukkan kepalanya. Aku beserta tiga orang lainnya yang ada di meja tertawa melihat reaksi Dylan.

“Ow man! Jangan katakan kalau kau belum pernah berciuman.” Dengan kata-kata Tyler tersebut (Temanku yang lain) Dylan mengangkat kepalanya.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang