"Apa yang harus kulakukan terhadap Kalian?" angin dingin berhembus bersamaan dengan suara yang datang dari dalam altar. Enam pilar menjulang terbuat dari susunan tulang, mengelilingi lingkaran heksagram tersebut. Cahaya keemasan membentuk dinding tipis mengikuti tepi lingkaran. Di dalamnya sebuah pusaran yang nampak seperti awan gelap bergerak, berubah-ubah bentuk dengan tidak teratur.
Tiga orang yang berlutut di depan Altar tidak bergeming. Seorang dari mereka-pemimpin mereka-memberi kalimat. Suaranya halus dan penuh rasa manis, membuat pendengarnya merasa mendengar bisikan para siren, "Maafkan Kami Milord!Kami tidak mengira dia akan mengorbankan dirinya-"
"Lupakan!" Tidak ada angin dingin berhembus, awan di dalam heksagram mengumpul di satu tempat, "Percepat persiapan Kalian! Sehari sebelum malam penyihir Kita akan menyerang para penghisap darah itu."
*****
Reon mengetuk pintu dengan plat emas bertuliskan angka 127. Sesaat kemudian terdengar langkah kaki pelan. Pintu terbuka, membiarkan sosok pemuda yang lebih tinggi dari Reon. Senyum canggung menghias, "Apa Kau mencari Arthur?" suara itu terdengar ragu.
"Aku mencarimu," kalimat Reon membuat lawan bicara sedikit terkejut. Tidak ada yang pernah berharap menemuinya selama ia berada di Alcavarus, fakta jika dia penerus yang gagal serta hasutan adiknya membuat tidak ada orang yang ingin dekat dengannya kecuali Arthur. Setangkai mawar yang diinginkan satu akademi mendekatinya tanpa diminta.
"Bisakah Aku masuk?" Reon sedikit tidak sabar. Jika perkiraannya benar, malam penyihir tinggal tiga hari lagi, bersamaan dengan festival musim gugur akademi. Dia tidak memiliki banyak waktu berurusan dengan pengkhianat tersebut.
Alex membuka pintunya lebih lebar. Membiarkan adik teman sekamarnya itu masuk. Pemuda bersurai coklat itu menelan pertanyaan yang muncul dibenaknya atas alasan Arthur yang tidak ia lihat selama beberapa hari ini, sekaligus alasan Reon menemuinya.
"Apa Kau tahu ada pemeriksaan dari kerajaan beberapa hari lalu?' Hingga saat ini, informasi yang mereka dapat selalu menemui jalan buntu. Ada beberapa orang yang mereka bertiga curigai, kepala sekolah yang tidak diwawancarai, profesor sejarah sihir mereka yang menghilang dihari wawancara, serta kakak beradik Foreschez. Terlalu sulit untuk terus membuntuti kepala sekolah mereka, Reon berkali-kali kehilangan jejak. Keon yang mendapat tugas untuk mengorek informasi Profesor Althrophya tidak juga mendapat hasil. Ketika mendengar Alex kembali tengah hari tadi Reon terus membuntutinya. Tidak punya banyak kesabaran lagi si manik pirus mengetuk pintu kamar Alex.
Ekspresi bingung ditampilkan lawan bicara. Sepertinya bukan teman sekamar Arhur pengkhianatnya, "Satu kerajaan tahu tentang itu, namun tidak ada yang memberi keterangan. Banyak rumor mengatakan jika terdapat pencurian harta karun kerajaan," Alex tidak mengerti jalan pemikiran Reon. Apakah semua keluarga Diavol seperti ini? Mengambil sampel dari Arthur dan Reon keduanya sulit dimengerti bagi Alex.
Ketukan di pintu, keduanya menoleh. Diikuti teriakan cukup kasar, "Alex buka pintumu!"
Reon mencengkram lengan Alex. Manik pirusnya menajam,"Jangan!" pemuda itu menarik yang lebih tinggi ke dekat jendela. Membuka tanpa suara, membawa alex ke dapur akademi.
Kepala Alex terasa berputar, perutnya memiliki dorongan untuk memuntahkan sesuatu. Belum sempat isi perutnya keluar dia ditarik lagi kedam pusaran kegelapan. tidak tahan lagi, isi perutnya keluar. Ini pertama kalinya seorang vampir mabuk perjalanan. Siapa sebenarnya teman sekamarnya itu, memiliki anggota keluarga dengan kemampuan aneh seperti ini. Mengingat lagi pertarungan di kelas Profesor Arachus, bagaimana Caim tinggal tulang dan kulit si ruang pengobatan.
Melihat keranjang roti yang ada di atas membuat Reon mengerutkan dahi. Tidak biasanya sisa roti dikumpulkan di atas kerajang dekat perapian. Biasanya para pelayan mengumpalkan menjadi satu tempat diatas meja di tengah dapur. Reon menaikkan bahu, dia sedang lapar. Selama bisa ia makan kenapa tidak dimanfaatkan? Dengan segera dia mengambil keranjang roti iti dan sebotol anggur. Meski menyadari dia setengah vampir, pemuda itu masih tidak terbiasa meminum darah. Semua darah yang pernah dicobanya terasa aneh, lidahnya tidak menerima. Dugaan Reon adalah lidahnya pernah merasakan darah dengan kualitas tinggi sehingga tidak mau menerima kualitas rendah. Paling tidak akademi menyediakan anggur kualitas tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo Blood
FantasyDarah vampir dan dewa mengalir di tubuh mereka. Mereka kuat sekaligus menawan. Sulit untuk menolak kehadiran mereka. Saat mereka datang feromon yang kuat akan memenuhi indramu. Otakmu akan kehilangan kewarasan. kau akan jatuh terduduk dan memuja mer...