(Season II) Iron

460 64 9
                                    

Maafkan berbulan-bulan nggak update 

Arthur merasakannya, sesuatu datang ke arah mereka. Tertua dari tujuh saudara itu memanggil kedua pedangnya, "Lonches Pagou!" perisai es terbentuk, melindungi Arthur dari beberapa tombak besi yang mengarah pada mereka.

"Gerakan yang bagus!"

Arthur menatap pria yang berdiri di atas karang 200 meter darinya. Pria itu berambut platina, berbadan sangat besar, seolah memiliki darah para raksasa dalam nadinya. Dengan manik hijaunya, Arthur tahu jika setidaknya tinggi pria itu hampir 3 meter. Samar-samar Arthur dapat merasakan energi aneh dari pria tersebut. Arthur sudah tahu jika werewolf tidak dapat melakukan sihir, tapi energi tersebut hampir terasa seperti sihir.

Arthur hendak menerjang, namun dihentikan oleh Leon. Leon memberikan gestur untuk menunggu perintahnya."Ian! Lakukan!" Arthur tidak mengerti apa yang dimaksud Leon. Namun ketika sebuah gerbang dimensi, Arthur mulai memahami pikiran Leon. Adik laki-lakinya itu ingin menyelesaikan serangan tiba-tiba itu dengan setenang mungkin. Leon tahu jika pria itu datang dengan sendirinya menemui mereka bertiga. Selain itu, Leon ingin Arthur mengulur waktu sementara ia menulis ulang mantra sihir yang digumakan untuk membuat pelindung itu.

Arthur masuk ke pintu dimensi yang dibuat Ian. Sebuah sungai dangkal yang dikelilingi hutan menyambut Arthur. Tidak ada hewan, hanya ada tumbuhan, dirinya dan pria besar itu. Arthur tidak merasakan kehidupan lain.

"Hanya Kau cantik?" Pria besar itu meremehkan Arthur. Arthur disini telinganya merah. Demi Olympus, dia laki-laki. Ini penghinaan bagi harga diri Arthur.

Arthur memanggil kedua pedangnya. Tidak peduli dia menghadapi monster atau apapun, tidak ada yang boleh melukai harga dirinya. Si sulung dari tujuh bersaudara itu menerjang dengan kecepatan mengagumkan. Dia menebas secara diagonal dari atas sebagai serangan pembuka, dilanjutkan dengan tebasan ke atas oleh pedang kirinya. Pria besar itu menahan keduanya dengan mengubah tangan kirinya menjadi perisai besar. Arthur mundur, memberi jarak dengan musuhnya. Besi, musuhnya dapat mengendalikan besi. Yang perlu diketahui Arthur saat ini adalah seberapa jauh musuhnya dapat mengendalikan besi.

Pria besar dengan surai platina berantakan itu menatap Arthur, "Jadi ratuku Cantik! Kita tidak perlu bertarung seperti ini," Arthur ingin meludahi wajah pria tidak tahu malu itu. Dia pikir dia siapa berani mencoba merayu Arthur.

"Aku tidak sudi anjing!" Kalimat itu sepertinya mengobarkan pria serigala di depan Arthur. Arthur kadang mendengarnya saja dari para bangsawan yang membenci werewolf. Dia tidak tahu jika kalimat itu benar-benar hinaan yang menyakitkan.

"Mulutmu butuh disucikan Cantik! Macareus mungkin bisa membantu," Ingatan Arthur berputar, Macareus, nama serigala yang sama. Ia ingat pernah memimpikan Alex dan mendengar nama orang itu. Dia mate Alex.

"Katakan padaku! Siapa sebenanya Macareus?" Arthur menghunuskan pedangnya ekspresinya garang. Melihat dari mimpinya saja, werewolf bernama Macareus itu terdengar seperti kabar buruk.

Clang, "Kenapa?" pedang Arthur berbenturan, menahan kapak pria besar itu. Serangan tiba-tiba pria itu sedikit membuat Arthur terkejut. Arthur menatap wajah pria itu, dan dia baru menyadari pria itu benar-benar seperti bar-bar. Kumis dan jenggotnya seperti dipotong dengan asal-asalan, tidak ada yang simetris disana, "Kau!" pupil pria itu membesar, "Bukankah Kau seharusnya ada di istana Macareus?"

Arthur tahu apa yang dimaksud pria berambut platina ini. Alex, dia berada di sana, dengan anjing sialan bernama Macareus itu. Arthur harus segera menyelamatkan saudara kembarnya dari jerat pria sialan bernama Macareus itu. Sebut saja ini insting seorang kakak pada adiknya. Tentang orang di depannya ini, Arthur harus segera mengalahkannya. Paling tidak membiarkan Leon untuk megekstrak informasi dari pria ini. Meski terlihat berantakan, Arthur merasa dia bukanlah prajurit biasa.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang