(Season II) Accepting

600 57 14
                                    


Author yang suka ngaret ini kembali, maaf lama untuk update dan juga alur cerita ini yang lama karena memang rencana untuk cerita ini terdiri dari 3 season yang lumayan panjang per season nya. jadi mohon bersabar. doakan agar author punya niat dan waktu luang biar cepat update.

Alex mengerang pelan. Dia meluruskan tangan dan kakinya yang seperti dipaksa untuk menekuk terlalu lama. Tubuhnya pegal dan terasa sakit. Perlahan, pemuda bermanik hijau itu membuka matanya. Reflek tubuhnya bergerak ke samping ketika menemukan seseorang tidur di sampingnya, sayangnya dia lupa jika masih memakai selimut, gerakan tiba-tibanya membuat kaki Alex terlilit selimut sehingga dia terjerembab ke lantai dengan kepala terlebih dahulu. Keributan yang dibuat Alex cukup untuk membuat orang yang tadinya tidur di sebelahnya terbangun.

"Kenapa Kau di bawah?" Pria di atas tempat tidur bertanya dengan suara seraknya akibat bangun tidur.

"Siapa Kau? Dan apa yang Kau lakukan padaku?" Alex berteriak di wajah pria di depannya. Kepalanya agak pusing dan ingatannya masih berputar. Dia ingat jika Ia dan George diculik dan di rantai di dinding penjara, George!, "Dimana adikku?"

Pria itu mendekat, mencoba meraih Alex yang berada di bawah. Suaranya melembut, "Tenanglah Amour, Adikmu baik-baik saja. Ini masih sangat pagi, mungkin dia masih tidur di kamarnya."

Alex menampar tangan yang hendak menyentuhnya, "Apa yang ingin Kau lakukan?" Alex menarik selimut yang ada di dekatnya dengan panik. Dia sadar hanya memakai sepotong celana pendek saja, dalam keadaan seperti itu entah kenapa dia malu pada pria di depannya. Saat dia menarik selimut itu Alex melihat sesuatu yang membuatnya langsung menutup mata, "Pakai sesuatu! Kenapa Kau telanjang?"

"Kenapa Kau malu? Kau mate-ku, bukan hal yang tabu jika Kau melihatku telanjang."

Alex ingin memukul pria di depannya.Dia mengatakan hal tersebut tanpa malu, ditambah lagi nadanya seolah mereka adalahpasangan yang sudah menikah. Alex ingin tapi belum, "Di mana Aku? Dan siapa Kau?"

"Pertanyaanmu menyakitiku Amour!" raut pria di depan alex menjadi sedikit sendu seolah kata-kata yang keluar dari mulut Alex benar-benar menyakitinya. Pria itu mendekati Alex lagi, menatap Alex dengan manik abu-abu yang seperti lelehan perak dengan penuh atensi. Alex merasakan sentuhan tangan pria tersebut. Tangannya kasar namun menyentuh pipinya dengan lembut. Tangan itu bergerak ke bawah, membuat Alex meneguk ludah, jantungnya berdebar lebih kencang seolah dia sedang dalam kompetisi lari marathon.tangan itu sampai ke dadanya, bibir penuh itu terbuka lagi, " Tidak bisakah Kau merasakannya Amour? Perasaan ini, ikatan ini, hanya dirimu dan Aku. Kau adalah milikku dan Aku adalah milikmu, tidak ada yang lebih berharga lagi di dunia ini selain Kita."

Tinju Alex menghantam rahang kanan pria di depannya. Alex tidak tahu seberapa kuat dia memukul orang itu. Paling tidak terdengar bunyi tulang retak. Kata-kata sampah pria yang belum Alex tahu namanya itu masih terngiang di telinga kembaran Arthur tersebut. Alex berdiri tidak peduli bagaimana keadaannya, "Aku tidak tahu siapa Kau! Tapi Kau salah tentang diriku, Aku tidak pernah merasakan apapun tentangmu, Kau hanyalah sampah yang berada di jalanku. Sama seperti sampah lain yang kutemui, penjilat yang tidak pernah menerima siapa sebenarnya Kami."

Alex mengambil jubah mandi terdekat. Tanpa bicara lagi dia keluar sambil membanting pintu dalam prosesnya. Alex marah, sangat marah hingga yakin jika terlalu lama memandang wajah orang itu dia bisa membunuhnya. Dia pikir dia siapa? Namapun Alex tidak tahu, tiba-tiba saja berkata hal tidak masuk akal.

Kau terlalu berlebihan pada mate Kita!

Alex menengok ke sekelilingnya. Manik hijaunya tidak menemuka siapapun di rumah tersebut. Hanya ada furnitur mewah yang terbuat dari emas dan perak serta hiasan di dinding berupa senjata dan lukisan, "Siapa Kau? Tunjukkan dirimu!"

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang