Good Bye

4.3K 259 15
                                    

Arthur

 Bau daging yang sedang dipanggang memenuhi indra penciumanku. Membuatku ingin meneteskan air ludah. Karena bau itu aku mulai bangun dari tidurku yang nyaman. Setelah beberapa saat mengumpulkan kesadaran, aku mulai berjalan keluar kamar. Sambil tangan kanan memegangi kepalaku yang masih pusing dan tangan kiri bertumpu pada dinding aku mulai berjalan. Aaah jika aku tahu begini dampaknya, kemarin aku tidak akan berubah ke wujud sempurnaku. Huh menyusahkan saja sakit kepala ini.

Baru beberapa langkah aku berjalan lututku menjadi lemas dan membuatku kehilangan keseimbangan. Sebelum tubuhku jatuh sebuah tangan memegangi pinggangku.

“Kau seharusnya memanggil seseorang untuk membantumu jika kau dalam keadaan sakit seperti ini.”

“Aku tidak perlu bantuan, apa lagi dari dewa playboy sepertimu.” Dengan kasar aku melepas tangan Apollo. Untuk menjaga harga diriku, dengan sok kuat mencoba berdiri.

“Lihat, aku bisa melakukannya sendiri.” Ucapku dengan nada angkuh. Setelah mengatakan itu aku mulai berjalan lagi. Sambil menahan rasa sakitku aku terus berjalan. Tapi sayangnya tubuhku tidak sekuat harga diriku. Hingga saat rasa sakit menyerang kepalaku lagi, aku roboh ke lantai.

“Lihat juga, kalau terlalu mementingkan harga dirimu hanya akan membuatmu tampak bodoh.” Dengan tangan disilangkan di depan dada dia mengucapkan itu. “Sekarang apakah kau mau menerima bantuanku tuan angkuh?”

Huh kenapa aku harus selemah ini. berdiri saja sulit. Andai aku dalam kondisi sehat mungkin aku tidak perlu mempermalukan diriku seperti ini. Tapi memang saat ini aku sangat butuh bantuan. Jadi dengan menelan harga diriku dalam-dalam aku mengangguk kepada Apollo.

Apollo berjalan dengan pelan ke Arahku. Aku kaget. Karena tanpa aba-aba Apollo menggendongku ala bridal style.

“Hei tidak perlu begini. Cukup memapahku saja.” Protesku sambil memberontak.Seolah tidak peduli dengan protesku dia mulai berjalan.

Huh Apollo sangat menyebalkan. Baru beberapa langkah aku sadar kalau dia ingin membawaku kembali ke kamarku, “Aku ingin makan, bukan ingin tidur.

Apollo berhenti bergerak. O o aku pikir aku sudah melewati batas. Aku mendongak melihat ekspresi Apollo. Ekspresinya sulit dibaca. Tapi kemudian seringai nakal muncul diwajahnya.“Jadi kau mau meresmikan hubungan kita? Di depan saudara-saudaramu?”

“Eh, tidak perlu lebih baik aku di kamar saja…” Aku bingung untuk memberi alasan apa lagi. “Aku masih sakit ingat?” lanjutku dengan cepat.

Wajah Apollo sudah berubah lagi. Tanpa banyak bicara dia membawa dan membaringkanku di tempat tidur.

“Aku akan membuat sup untukmu.”

“Ayolah, aku ingin daging panggang. Apalagi dari baunya sudah pasti buatan Leon.” Aku merajuk. Biarlah aku menurunkan lagi sedikit harga diriku. Demi daging panggang. Terutama daging panggang buatan Leon. Aku berani bertaruh sekali kau merasakannya kau tidak akan bisa berhenti. daging panggang buatan Leon itu sangat special. Dia tidak menggunakan daging babi. Tapi biasanya dia menggunakan daging sapi. Kalau ditanya mengapa dia pasti menjawab menurut penelitian daging babi itu mengandung banyak cacing yang bahkan tidak mati saat dimasak dengan suhu tinggi. Atau kalau tidak aku gak mau kalau kita kena cacingan. Menurutku sih tidak apa-apa selama itu enak.

 “Kalau kau ingin daging lebih baik kita makan di bawah saja.” Seringai nakal itu lagi-lagi muncul saat ia berbicara.

Aku yang sudah was-was dengan ekspresi itu membatalkan keinginanku. “Baiklah kau menang. Sekarang pergi dan buatkan aku sup ayam”. Dengan kata-kata itu aku mengusir Apollo.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang