(Season II) Next Step

454 43 12
                                    

Kembali lagi dengan author ini. Thanks buat semua reader. Please Enjoy

Seorang pemuda berjalan sedikit tergesa melewati kerumunan orang yang hendak membeli dan sedang menawar barang. Sesekali tangan kirinya mengeratkan jubah hijau usang yang dipakainya. Kakinya melangkah lebih cepat ketika dia mulai mendekati hutan yang terdapat di pinggiran kota.

"Apa yang Kau lakukan di sini?" pemuda yang memakai jubah itu menoleh, mendapati 5 orang prajurit menatap tajam pada dirinya. Kelimanya memakai perlengkapan prajurit werewolf; pelindung dada yang terbuat dari perunggu langit, celana pendek yang terbuat dari bulu beruang, dan sebuah tombak dari perunggu langit. Alasan perlengkapan mereka dibuat seperti itu agar menghabiskan banyak biaya saat mereka berubah menjadi serigala. Pelindung dada mereka akan berubah mengikuti wujud serigala mereka, untuk celana memang bahan itu saja yang paling mudah untuk didapatkan.

George melihat sekitar untuk memastikan jika mereka sendiri. Menurut Nyctimus patroli perbatasan biasanya hanya dilakukan berdua apalagi dalam masa persiapan perang saat ini bisa-bisa hanya satu penjaga yang ditugaskan untuk berpatroli, namun menghilangnya dia benar-benar membuat penjagaan diperketat, sepertinya Macareus benar-benar sudah ditakhlukkan kakaknya. Mungkin apa yang dikatakan Nyctimus tidak benar tentang Macareus, tapi dia juga mempercayai Macareus. Sebanyak apapun dia mencoba percaya, kalimat Cetius terus membayanginya. Raut serius pria itu mennggalkan bekas mental pada si bungsu.

"Aku bertanya padamu!" pria yang terlihat lebih tua dari yang lainnya berteriak kasar. Kebanyakan werewolf memang dominan dan impulsif seperti pria tua tersebut.Insting binatang mereka lebih menguasai dibanding akal sehat manapun, mungkin karena rukh mereka dekat dengan binatang atau lainnya. Nyctimus tidak memberi kejelasan lebih lanjut tentang itu.

"Tuan-tuan! Aku hanyalah orang miskin yang tinggal di hutan. Aku hanya berniat pulang setelah kembali dari pasar," George berharap mereka percaya dengan kebohongan tersebut. Selama yang ia amati, werewolf tidak tertarik pada kekayaan, mereka lebih tertarik pada kekuasaan dan dominasi. Ketika mereka berhadapan dengan sesuatu yang lebih lemah dari mereka, mereka membiarkannya. Selain itu werewolf memiliki administrasi penduduk yang buruk, karena mereka bisa mengenali bau dengan mudah jadi tidak pernah menggunakan catatan resmi.

George mendapati tatapan tidak percaya dari kelima prajurit werewolf. Mereka sedikit mengendus udara. Beruntung beberapa hari terakhir si bungsu tidur di hutan, meski sedikit samar harusnya bau pepohonan masih masih bercampur dengan bau tubuhnya. Dia berdiam dengan beberapa bulir keringat dingin membasahi dahi.

Prajurit yang memiliki badan terbesar mendekati George. Untuk sesaat George berhenti bernafas, terlalu takut untuk bergerak, "Baumu memang tercium seperti pepohonon, tapi bau manis ini–" jemarinya berjarak beberapa senti dari wajah George, "dan Aku marasa pernah mencium bau ini."

Tangan George bergerak cepat, menghantam dengan kekuatan penuh pria di depannya. Seperti Aku akan membiarkanmu saja, pemikiran tergesa George berbicara. Buth seper sekian detik untuk George lepas dari hormon adrenalinnya. Tangannya yang berdenyut seolah habis memukul batu, pria yang meludahkan darah ke tanah di depannya, prajurit sisa yang menatapnya dengan nyalang. George berkedip beberapa kali sebelum mengambil jarak mundur, hendaknya ia ingin segera berlari. Namun orang yang dipukulnya lebih cepat bertindak, baju belakang George dipegangi mencegah si bungsu untuk lari kemanapun.

"Baumu seperti salah satu tahanan yang dibawa ke istana," pria itu menarik George hingga punggung pemuda itu bertabrakan dengannya, kepalanya sedikit menunduk mencari akses untuk menghirup aroma memabukkan lagi, "Bukan seperti, ini sama."

Rambut leher George meremang. Suara nafas berat yang dekat membuatnya takut, dia bukan gadis tapi dia punya perasaan yang kuat jika ia terancam. Sehingga George mencoba mengingat ajaran saudarinya –Gia– ketika mereka belajar Judo, meskipun yang dia ingat adalah seberapa sering saudarinya membantingnya seperti sekarung kapas. George ersampah, saudarinya itu sudah seperti manusia super saja membanting George yang lebih berat darinya. Menghadapi situasi saat ini, para manusia serigala yang menatap lapar pada dirinya (?) George tidak akan mempertanyakan dari mana asalnya kekuatan Gia. Kembali pada bagaimana George harus keluar pada situasi ini, George rasa dia ingat tentang sesuatu seperti membanting, mengunci, dan apalagi selain kedua hal tersebut yang diajarkan oleh Gia di kelas Judo mereka. Namun dengan posisi seperti ini? Di kebanyakan waktu belum sempat George melakukan apapun dia sudah berada di atas lantai dengan dada menyentuh matras. Terkadang George bertanya-tanya apakah saudarinya melakukan hal tersebut dengan sengaja karena ia mencuri roti babka Gia.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang