(Season II) We Only Have Us

495 56 14
                                    


Nigel tersenyum hangat, "Karena Kau sudah mengingatkanku tentang itu Aku sudah sedikit meneliti kejadian kemarin. Benar apa yang Kau katakan, kutukan yang kuat bisa menyebabkan Croolite layu dan mati. Tapi kutukan apa yang Kau bawa hingga tanaman itu mati setelah Kau menyentuhnya?" kini manik elektrik Nigel terlihat menghakimi bagi Keon.

Sebuah pedang es berdesing di udara. Datang dengan cepat menghujam lantai tempat Nigel berdiri sebelumnya. Dari kegelapan di belakang Keon, Arthur menampakkan dirinya. Dia menatap tajam ke arah Nigel, "Beritahu aku apa sebenarnya yang Kau inginkan!"

Arthur berjalan ke depan Keon yang masih terkejut dengan apa yang sedang terjadi. Arthur mengertakkan gigi, dia marah pada Nigel yang mencoba menyakiti adiknya.

Nigel menatap Arthur tersenyum. Dia mendekati Arthur dengan senyum, wajahnya lebih cerah, seolah lelah yang menghantuinya beberapa hari terakhir sudah terangkat, "Arthur! Apa yang Kau lakukan di sini?"

Arthur menghunuskan pedangnya ke arah Nigel. Manik hijaunya menatap tajam Nigel. Tiap orang yang melihatnya, akan tahu jika Arthur sedang marah, "Jangan mendekat! Atau aku akan memenggal kepalamu," Awalnya Arthur mengikuti Keon karena dia terlihat kehilangan arah dan tidak fokus. Kemudian Nigel datang menemui Keon. Dari apa yang Arthur tangkap di awal, Nigel hanya membantu Keon untuk mengeluarkan kekuatannya. Namun setelah nama Croolite terdengar, Arthur menjadi siaga. Setahunya Croolite adalah tanaman beracun. Batang, daun, dan bunganya mengeluarkan semacam selaput lendir tipis yang akan membusukkan daging jika tersentuh.

Nigel mengangkat kedua tangannya di depan dada. Dia berhenti bergerak, menatap Arthur dengan nanar. Dia meneguk ludah, "Kau tidak apa-apa?"

"Katakan padaku! Apa yang coba Kau lakukan pada adikku?" mata Arthur menyala. Sihirnya keluar tidak terkontrol tanpa ia sadari. Udara mulai mendingin, kabut tipis mulai terbentuk, dan serpihan es mulai muncul di udara. Meski sebagian besar sihir Arthur disegel ibunya, alam bawah sadarnya menekan segel tersebut karena merasa jika saudaranya dalam bahaya. Itu insting alami Arthur untuk melindungi saudara dan saudarinya.

Baik Nigel maupun Keon dapat merasakan hembusan udara dingin dari arah Arthur. Keon tidak berani mengeluarkan sepatah katapun, dia masih membeku ditempatnya berdiri seolah sihir yang menguar dari Arthur juga membekukan jiwanya. Bagi Nigel, hunusan pedang Arthur ataupun sihir yang dikeluarkan Arthur tidaklah seberdampak fakta jika Arthur tidak mempercayainya. Tatapan Arthur lebih menyakitkan dari pada pedang maupun tombak yang pernah menusuk tubuhnya.

"Ini hanya salah paham Art. Aku tidak ada maksud untuk menyakiti saudaramu sedikitpun," Nigel berrucap sambil mencoba membuat Arthur menurunkan pedangnya. Pilihan yang salah, dengan sigap Arthur memukul tangan Nigel dengan badan pedangnya. Satu gerakan cepat, ujung pedang Arthur sudah menyentuh leher Nigel.

"Katakan padaku! Atau Aku akan memotong tenggorokanmu," Arthur memberi sedikit tekanan pada pedangnya. Setetes darah nigel mewarnai pedang berbilah biru tua itu dengan merah darah.

Nigel meneguk ludah. Titik dimana ujung pedang Arthur menyentuh kulitnya terasa mati rasa, "Aku hanya membantunya mengendalikan kekuatannya."

Arthur memberikan tatapan ragu dari kalimat Nigel, " Apa hubungannya dengan Croolite, Apa Kau mencoba meracuni adikku?"

Nigel terdiam sebentar, mencerna apa yang dikatakan Arthur. Senyum tipis kemudian terbentuk di bibirnya yang agak pucat, "Kau salah paham Arthur, tanaman beracun yang Kau maksud adalah Crow Nite bukan Croolite," Nigel menyentuh pedang Arthur lagi, mencoba menjauhkannya dari lehernya. Kali ini Arthur tidak melawan, wajahnya memerah. Dan untuk pertama kalinya Nigel dapat melihat wajah manis Arthur, setelah sekian lawa wajah tersebut berekspresi kaku dan muram. Nigel mendekati Arthur, tangannya mengusap pelan pipi Arthur yang memerah, "Kau terlihat sangat manis."

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang