Bagian baru dari HGHV!!!! enjoy aja buat reader yang baru maupun lama.
Leon sudah siap. Semua barangnya sudah ia masukkan ke loker dimensinya. Leon menatap ketempat tidurny untuk terakhir kali, tempat terakhir Jimmy bersamanya. Aku akan mendapatkanmu kembali, Leon berbisik. Dia sangat merindukan malaikatnya. Jimmy adalah oksigennya, waktu terasa berat untuk dilewati tanpa setengah jiwanya itu.
"Kemana Kau akan pergi?" Leon berbalik. Apollo berdiri di dekat pintu, menyilangkan tangannya, memberi adik Arthur tatapan menyelidik.
Leon tahu Apollo juga sudah tahu kemana ia akan pergi, bersama siapa, dan apapun yang berhubungan. Dwa itu tidak disebut dewa ramalan jika ia tidak tahu. kebenarannya, dewa puisi itu hanya ingin tahu apakah Arthur benar-benar ikut, "Arthur yang akan bersamaku kali ini."
Raut Apollo terkejut, kemudian tenang kembali. Terkadang dewa tertampan di Olympus tersebut lupa jika adik seayahnya itu memiliki kemampuan membaca pikiran seperti Athena. Apollo menatap manik safir yang terlihat sedikit putus asa itu, Apollo mengerti perasaan Leon. Ditinggal sang kekasih, dia pernah merasakannya, petualangan romansanya sudah berkali-kali menemui kejadian seperti Leon, "Jika Kau bisa melewati krisis yang akan terjadi, Aku yakin Kau bisa mengumpulkan ketujuh saudaramu untuk menemui Chaos."
Bukan hal yang tidak mungkin menemui Chaos, bukan berarti juga menemui Chaos hal yang mudah. Leon bersuara tanpa emosi, "Masalahnya bukan pada itu, lebih pada apa yag menanti Kami dan bagaimana cara menemui Chaos sendiri. Dunia milik Chaos sama dengan dirinya sendiri."
"Kau bisa mulai dari Nyx, dia satu-satunya entitas yang pernah benar-benar bertemu Chaos selain ibu Jimmy," Apollo memberi saran pada adiknya itu. dia sedikit merasa iba juga dengan keadaan adik seayahnya itu. Meski kebaikannya sedikit terselubung, berharap mendapat restu dari Leon.
Leon menggeleng. Bukan waktunya ia memikirkan itu, lebih baik dia segera berangkat, menemui Arthur. Semakin cepat ia menemukan Alex dan George semakin cepat pula ia bisa mulai pencarian Jimmy. Pemilik manik safir sedikit mengancam Apollo, "Jangan katakan pada siapapun tentang ini, jika tidak Aku pasikan Arthur akan menjauhimu untuk selamanya."
Apollo menyeringai tipis, "Kalau begitu buat Kami berdua dekat, bantu Aku untuk mendapatkan Arthur."
Leon menaikkan satu alisnya, terkadang dia tidak mengerti jalannya cinta. Terlalu irrasional bagi pemilik rukh cahaya itu, "Bukankah Kau tahu kutukan Arthur? Kenapa Kau tetap mencoba mengejarnya? Apakah Kau tidak takut menghilang dari dunia ini?"
"Itu permintaan keduaku, kutukan Arthur dapat dipatahkan," Leon benar-benar tidak menyukai ekspresi Apollo saat ini. Pikirannya kotor sekali, bahkan Sungai Styx yang berisi berbagai barang kenangan orang mati terlihat jernih jika dibandingkan dengan pikiran Apollo saat ini. Leon ingin membebaskan Arthur, tapi bukan berarti menjual Arthur seperti itu.
"Lebih baik Aku membuat Arthur menjauhimu," Leon berteleportasi ke gerbang istana. Pemuda itu meninggalkan Apollo dengan wajah pias.
Leon berjalan mendekati penjaga yang sedang berjaga. Tangannya memegang emblem kerajaan, namun belum sempat pangeran itu menunjukkannya, penjaga mengacungkan tombaknya pada Leon.
"Apa yang Kalian lakukan? Apa kalian ingin ke dunia bawah lebih cepat?"
"Aku yang menyuruh mereka Ley," Leon diam di tempat. Dia tahu itu pamannya. hanya pamannya yang benar-benar bisa muncul dan pergi tanpa ia ketahui. hanya pamannya yang benar-benar tahu apa isi kepala Leon tanpa perlu kemampuan membaca pikiran.
Leon bersiap untuk lari dari tempatnya. Bertarungpun dia tidak akan bisa mengalahkan pamannya. Pamannya kuat, bahkan dia bisa mengalahkan seekor dracon dengan tangan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo Blood
FantasyDarah vampir dan dewa mengalir di tubuh mereka. Mereka kuat sekaligus menawan. Sulit untuk menolak kehadiran mereka. Saat mereka datang feromon yang kuat akan memenuhi indramu. Otakmu akan kehilangan kewarasan. kau akan jatuh terduduk dan memuja mer...