(Season II) Coward

513 50 10
                                    

Hola, kembali lagi dengan author yang suka ngaret, makasih untuk para pembaca yang sudah sabar menunggu.

George anak bungsu, fakta itu selalu terpatri di belakang otaknya. Pemuda bersurai hitam itu tidak tahu siapa yang memberitahunya kalau dia yang termuda, mungkin instingnya sendiri atau dari kesaksian Arthur, dia tidak tahu. Satu hal yang pasti, pemuda itu menikmatinya, menjadi anak bungsu berarti dia bisa bermanja dengan kakak-kakaknya. George menyukai perhatian kakak-kakaknya, hanya mereka tidak dengan orang lain. Di mata si bungsu ini, kakak-kakaknya sudah seperti kumpulan pahlawan yang melindunginya dan mengajarinya berbagai hal, sosok-sosok pahlawan yang sempurna.

Di saat termenung, George terkadang berpikir bagaimana seandainya tidak ada kakak-kakaknya di sampingnya. Bagaimana jika suatu hari kakak-kakaknya meninggalkannya sendiri, tanpa ada pilar untuk menopangnya maupun cahaya untuk menuntunnya. Membayangkannya membuat George takut, namun pemikirannya itu terus menghantuinya akhir-akhir ini. Di mulai dengan Gia, saudari kembarnya itu selalu bercerita tentang pemuda pindahan yang ada di kelasnya, meski dengan nada kesal, George tahu jika Gia tertarik dengan pemuda pindahan tersebut. Bukan tanpa dasar apapun George berpikiran seperti itu. Saudari kembarnya adalah tipe gadis yang masa bodoh dengan pria manapun, kecuali sudara-saudaranya. Tidak mungkin bagi Gia untuk membahas pemuda bermarga Jackson itu terus menerus jika tidak ada ketertarikan di situ. Yang kedua saat makan malam, George tidak akan pernah melupakan tatapan memuja yang Reon berika pada gadis yang menjadi tamu mereka malam itu. Paginya tanpa sengaja George mendengar kata kekasih dari kamar Arthur yang diucapkan tamu laki-laki mereka. Dan yang terakhir ada di depan matanya, Alex yang sedang memerah malu karena Macareus memerangkapnya di atas pangkuannya.

"Aku bukan wanita! Jangan memperlakukanku sebagai salah satu dari mereka!" Alex merenggut, kesal karena tingkah mate-nya yang memalukan. Dia terus mencoba melepaskan diri, sesekali melirik George untuk meminta bantuan.

George tersenyum masam, mengalihkan pandangannya. Dia malas berurusan dengan drama percintaan mereka. George bahagia untuk Alex, namun meliht mereka terus menerus seperti itu membuatnya jengah. Kali ini tingkah laku mereka membut makanan di depan pemuda tersebut menjadi tidak menggiurkan, hal yang hampir mustahil terjadi mengingat kecintaan pemuda itu dengan makanan. "Ada hal yang harus kulakukan," pemuda bermanik hijau itu berucap, mendengus pelan karena tidak ada yang memperhatikan. Tanpa bicara apapun lagi dia pergi dari ruang makan.

George berjalan melewat koridor-koridor yang mulai dia hapal. Bahkan jika banyak orang yang mengecapnya sebagai kepala otot (baca:orang bodoh), George sebenarnya cukup pintar untuk tidak pernah mendapat nilai kurang dari B-meski tidak sepintar Arthur maupun Leon memang- tapi paling tidak menghapal lorong bukanlah hal yang sangat sulit baginya. Kaki George melangkah ke sebuah lapangan luas. Lapangan latihan untuk para prajurit. Beberapa hari di sini, George mempelajari banyak hal tentang werewolf. Ada fakta yang benar dan salah tentang para manusia serigala dari film maupun buku fiksi. Hal pertama adalah, manusia yang tidak memiliki darah werewolf sejak ia lahir tidak bisa berubah menjadi werewolf. Seseorang mungkin menjadi werewolf jika memang berasal dari keturunan werewolf, dengan lain kata transfusi darah tidak akan mengubah manusia menjadi werewolf. Fakta kedua adalah siklus bulan tidak mempengaruhi perubahan werewolf. Yang ketiga, Werewolf mengenal yang namanya sistem kasta. Yang paling tinggi adalah bangsawan, di bawahnya ada alpha dengan tugasnya memimpin suatu kelompok atau pack yang tersebar di seluruh negara, kemudian beta ang biasanya menjadi prajurit, omega-kasta yang biasanya bekerja sebagai pedagang, petani dan lainnya, serta rogue alias para penjahat dan pengkhianat menurut hukum werewolf. Para rogue biasanya dipekerjakan sebagai budak setelah mereka keluar dari penjara.

George menatap para prajurit yang sedang berlatih. Mereka berlatih sangat keras, seolah-olah hidup mereka bergantung pada latihan tersebut. Dari sekian banyak prjurit tersebut, kebanyakan dari mereka didominasi oleh anak muda seumuran George. George sedikit bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini. George sudah membaca beberapa literatur yang ada di perpustakaan Macareus-tentu saja dengan diam-diam, menghindari para penjaga serta pelayan-setahunya prajurit adalah para beta yang berumur minimal 21 satu tahun. George tidak mungkin bertanya pada Macareus maupun memberitahu Alex. Dia hanya bisa menebak jika ini semua berhubungan dengan malam penyihir yang dikatakan Alex tempo hari.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang