Meet Daddy

4.6K 266 7
                                    

 Thanx for All readers yang udah baca ceritaku yang aneh ini.

Reon

“Rey ayah ingin bertemu denganmu.” Aku diam tidak merespon perkataan Arthur. Sejujurnya aku bingung, pada satu sisi aku senang karena aku akan bertemu dengan ayah. Tapi pada sisi lain aku ingin marah pada ayah karena tidak pernah menengokku bahkan satu kalipun. Jadi sekarang pikiranku perperang tentang apa yang akan kulakukan saat bertemu ayah nanti. Apakah aku harus memeluk dan mengatakan kalau aku sangat rindu padanya atau aku harus memukul dan berteriak padanya tentang mengapa dia selalu mengabaikanku.

Sebuah tangan memegang pundakku yang membuatku kaget. Aku menoleh untuk melihat Arthur yang masih memegang pundakku . Setelah itu iya mengusap kepalaku. Lalu Arthur berucap,“Jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik kita segera pergi.”  Perkataan Arthur ada benarnya juga. Memang lebih baik tidak dipikirkan. Tentang apa yang terjadi nanti aku akan bersiap untuk menanggung semua konsekuensinya.

“Rey, sekarang pegang tanganku.” Ucapan Arthur yang tiba-tiba memcah lamunanku. Setelah sadar apa yang dikatakannya, aku menatap Arthur dengan bingung. Menyadari tatapanku Arthur lalu berkata, “Kita akan berteleportasi kesana.” Sebagai jawaban aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil mengangguk.

Melihat reaksiku Arthur hanya mendesah kemudian dia mencengkeram tanganku. Setelah itu dia menggumamkan sesuatu dalam bahasa asing yang kurang aku mengerti. Tepat saat Arthur selesai bergumam pilar cahaya putih menyeliputi tubuhku dan Arthur. Seketika itu juga tubuhku meluncur atau terbang dengan cepat hingga membuatku merasa seperti pesawat jet yang sedang terbang dengan kecepatan tinggi.

Saat aku merasakan kakiku mendarat di benda padat sebuah suara berucap.“Hey kita sudah sampai, cepat buka matamu. “ Menyadari itu suara Arthur aku cepat-cepat membuka mataku. Ketika aku membuka mataku aku takjub dengan pemandangan di sekitarku. Di depan kami ada sebuah gerbang besar setinggi 20 meter dengan patung lelaki dikanan gerbang dan patung perempuan dikiri gerbang. Tanpa memutar kunci atau apapun itu gerbang itu terbuka.

Kemudian tanpa bicara Arthur tiba-tiba menarik tanganku agar aku mengikutinya. Huh dasar kakakku ini sangat tidak sabaran sekali.

Baru beberapa langkah kami berjalan aku menyadari sesuatu. Aku menatap Arthur ,“Arthur dimana Apollo? Sepertinya sejak aku keluar dari toilet aku tidak melihatnya.”

Tanpa menoleh Arthur menjawab, “Dia pergi lebih dulu saat kau ke toilet.” Aku hanya menggumamkan oh yang cukup panjang sebagai balasan perkataan Arthur.

Sekitar 20 meter kami berjalan mulai terlihat sebuah bengunan bercat putih. Bangunan itu sepertinya aku kenal. Entah mengapa sepertinya aku pernah melihatnya bahkan mungkin pernah masuk. Dari pada bingung lebih baik aku bertanya pada Arthur,

“Arthur, kenapa aku merasa sangat familiar dengan bangunan itu ya?”

“Karena kita pernah berada disana.” Penjelasan yang sangat singkat hingga otakku tidak bisa menangkap maksudnya. Kau sangat pintar Art membuat adikmu bingung.

“Kapan? Dan mengapa kita berada disana?”

“ Saat kau masih berumur satu tahun. Tepatnya saat malam terakhir kita melihat ibu. Dan alasannya aku tidak tahu. Tapi pada malam itu dengan masih menggendong George dan Gia ibu meneleportasikan kita kesini.” Aku mencerna semua kata-kata Arthur. Semua kata-kata itu seolah membangunkan ingatan masa laluku. Karena saat ini aku ingat semua kejadian itu. Mulai dari tangisan ketakutan kami saat itu hingga wajah bingung kami saat ada yang menggendong kami.

Kemudian sebuah pertanyaan terbesit di pikiranku. “Arthur!”

“Yeah?” Dia berhenti lalu menoleh padaku.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang